"Perusahaan yang berhenti beriklan untuk menghemat uang, ibarat orang yang menghentikan jam untuk menghemat waktu," ~Henry Ford
Pandemi Covid-19 yang menyerang seluruh pelosok dunia, bukanlah sekedar bencana kesehatan. Namun juga menjadi bencana perekonomian yang menerjang semua sektor perindustrian.Â
Antisipasi yang mengharuskan penghentian aktivitas sosial, membuat sektor perekonomian pun terdampak dengan serius. Kebijakan lockdown, karantina, pembatasan sosial berskala besar, work from home (#dirumahaja), serta program-program pendukung kesuksesan strategi physical distancing (jaga jarak fisik) telah membuat banyak usaha menjadi tak berkutik.Â
Mulai dari kalang kabut karena harus membiasakan karyawannya untuk bekerja dari rumah, akhirnya menjadi kebijakan merumahkan karyawan hingga PHK sebagai keputusan berat yang harus dilakukan.Namun selama ada kehidupan, aktivitas perekonomian tetap akan selalu berjalan. Mungkin memang ada atau bahkan banyak yang terpaksa gulung tikar.Â
Namun sebaliknya akan selalu muncul mereka yang menggelar lapak baru atas perubahan keadaan yang berlaku. Ada kematian, ada yang bertahan dan ada kelahiran. Memang seperti itulah kehidupan. Ikhlaskan perusahaan-perusahaan yang terpaksa harus mati. Sambut usaha-usaha baru yang mulai marak dilahirkan.
Lalu bagaimana dengan usaha yang bertahan? Tentu saja mereka patut kita apresiasi dengan sepenuh hati atas kegigihan yang dimiliki. Kegigihan melawan dampak mematikann dari pandemi, sampai kita semua berhasil mengatasinya hingga tuntas. Hingga kehidupan yang normal kembali kita nikmati.
Salah satu strategi bertahan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki survivalitas tinggi adalah kemampuan untuk tetap berproduksi sekaligus mensosialisasikan hasil produksinya agar tetap dikonsumsi oleh pelanggannya di masa-masa pandemi sekarang ini. Salah satu straegi untuk mensosialisasikan produk ini adalah melalui kreativitas iklan.
Biasanya jika situasi normal, bulan Ramadan adalah bulannya dimana banyak produk menggeber iklannya secara besar-besaran. Ramadan biasanya adalah momen yang seksi, dimana daya beli konsumen biasanya melonjak tinggi.Â
Sayangnya pandemi telah memporakporandakan espektasi. Potensi yang tinggi menjelma sebagai kendala yang sulit diantisipasi. Produksi iklan yang berbiaya besar terpaksa dihentikan. Bukan masalah pengalihan biaya untuk perusahaan di masa pandemi semata, tetapi juga banyak kendala untuk produksi karena tim produksi harus WFH.
Ternyata bagi orang kreatif pandemi tak harus menjadi duri. Kewajiban untuk bekerja di rumah saja, telah memunculkan ide-ide kreatif iklan yang berbeda dari biasanya. Melalui iklan-iklan recehan yaitu iklan-iklan yang berbiaya murah, para kreatif periklanan mampu menampilkan iklan-iklan yang menggugah kalbu.Â
Tentu saja solusi merecehkan iklan Ramadan ini turut menyenangkan para perusahaan pengiklan. Cocok dengan kondisi krisis, sehingga tak langsung membuat dana perusahaan cepat tiris. Yang penting produk tetap beriklan, kualitas iklan tidak pasaran, minat konsumen untuk membeli bisa ditingkatkan.
Dengan mengandalkan sistem produksi #dirumahsaja, beberapa merek terkenal membuat iklan dengan konsep #dirumahsaja juga. Hasilnya, mereka mampu menyiasati kendala harus bekerja #dirumahaja sehingga menghasilkan karya iklan yang bisa dibilang luar biasa.Â
Sebut saja iklan Ramadan Pertamina, Xl, Telkom, Telkomsel dan P&G. Iklan-iklan perusahaan dan merek-merek ini seperti kompak menampilkan tema puasa tahun ini beda yang harus dilakukan dengan #dirumahaja.
Iklan Telkomsel Siaga yang mengangkat title "Terus Jalankan Kebaikan" menampilkan cerita iklan tentang bagaimana orang-orang menunaikan puasa namun tetap berkarya, bekerja, bersilaturahmi, peduli dan berbagi melalui bantuan komunikasi yang bisa didapatkan dengan operator Telkomsel.Â
Secara visual iklan ini biasa saja tapi didukung dengan lagu dan musik yang merdu dan lirik dan copywriting yang menyentuh hati, iklan ini bisa membuat kita semua bersimpati.
Juga bergerak di industri telekomunikasi, iklan XL juga mengeksplorasi keberdayaan saat harus #dirumahaja. Melalui visual sederhana yang diberi sentuhan animatif yang kocak dan agak norak, mereka mengetengahkan pesan bahwa menjalankan ibadah puasa di rumah bisa lebih baik dengan memanfaatkan paket promo XL home Full Faedah dalam menjalan beerbagai kebaikan yang bermanfaat bagi sesama dan keluarga.
Iklan PT Telkom juga tak ketinggalan. Mengangkat cerita kehangatan sebuah keluarga saat berbukabersama, ternyata diberikan gimmick bahwa sebenarnya mereka terpisah jarak.Â
Melalui layanan Telkom mereka mampu menciptakan suasana seakan tengah berbuka bersama. Karena itulah iklan ini mengangkat pesan "Kita memang terpisah jarak, tetapi tak pernah terpisah hati.
Tak jauh berbeda dengan iklan-iklan di atas, iklan P&G anggun juga menampilkan kehangatan antara ibu dan anak gadisnya yang tak lekanng walaupun mereka terpisah jarak.Â
Mengangkat cerita tentang betapa mulianya hati seorang ibu, iklan ini mampu membuat kita haru. Mungkin karena sesuai target produknya yang menyasar kaum hawa, maka nuansa iklan ini terasa lebih feminis romantis.
Yang jelas kesemuan iklan produk di atas, kompak menerapkan proses eksekusi atau produksi dari rumah saja sekaligus mengangkat tema #dirumahaja sebagai pesan cerita yang diusung kepada pemirsa.Â
Masing-masing memiliki keunggulannya masing-masing. Telkomsel dengan pesona lagu atau jinglenya, XL dengan kekocakan treatment animasinya, Telkom dengan gimmcik dan kesederhaan ceritanya, dan P%G dengan kelebihan unsur feminisnya.
Di luar tema #dirumahaja, tentu saja masih ada iklan Ramadan 1441 yang mengangkat konsep berbeda. Sirup Marjan masih konsisten untuk melanjutkan konsep iklan mereka di tahun sebelumnya yang mengangkat kisah legenda Indonesia. Jika tahun lalu mereka mengangkat legenda tahun emas, maka di tahun ini Marjan mengetengahkan cerita Putri Purbasari.
Mungkin karena momen puasa adalah salah satu momen emas bagi Marjan untuk meningkatkan penjualan mereka maka sepertinya iklan Marjan telah diproduksi jauh-jauh waktu, sebelum pandemi Covid-19 menerpa.Â
Iklan Marjan diproduksi dengan treatment eksekusi film-film action/laga yang serius. Jadi secara kualitas filmis terlihat sekali bahwa iklan Marjan jauh lebih unggul dibanding iklan lainnya. Masih seperti iklan Ramadan di tahun lalu, Iklan Marjan yang menceritakan kisah Puteri Purbasari ini juga dibuat berseri.
Meski tidak diproduksi jauh-jauh hari sebelum munculnya Pandemi Covid-19, iklan Gojek juga mampu menampilkan konsep Laga Jagoan seperti iklan yang dibuat Sirup Marjan.Â
Hanya saja sepertinya Gojek memilih untuk merecehkan iklannya juga. Alhasil konsep cerita laga yang diangkat dalam iklan Gojek ditampilkan dengan konsep visual animasi komik.Â
Mengangkat tajuk cerita berjudul "Hikayat Sang Musafir", Gojek mampu menampilkan cerita tentang jagoan yang datang untuk menyadarkan orang-orang bahwa untuk mencekal wabah corona, lebih baik semua #dirumahaja dan anjuran-anjuran kesehatan lainnya.Â
Bahkan ibadah puasa pun lebih baik dijalankan #dirumahsaja. Caranya adalah dengan menjalankan ibadah di rumah melalui bantuan fitur ebadah yang dirilis oleh Gojek.
Salah satu yang paling mengejutkan adalah iklan Ramadan 1441 yang dirilis oleh Indomie. Merek yang menjadi market leader produk mie instan di Indonesia ini tampil menggebrak dengan keberaniannya untuk membuat sensasi yang bisa dianggap mengorbankan diri.Â
Pasalnya salah satu unggulan pemancing minat dan ketertarikan konsumen mereka untuk membeli adalah godaan visual mie-nya yang lezat dan menggugah selera mereka yang melihatnya.
Namun kali ini, Indomie berani tampil berani dengan menghilangkan visual mie itu sendiri. Baik di kemasan produk edisi Ramadan 1441 Hijrah maupun di iklan yang ditayangkan, Indomie hanya memperlihatkan wajan penggorengan kosong dan piring kosong tanpa ada wujud mie lezat yang menggoda selera. Loh kok mi-nya nggak ada.Â
Kan lagi puasa. Begitu kata endorser iklan mereka. Setelahnya mereka menyampaikan pesan "perut boleh kosong, tapi tetap jalankan kebaikan ya. Dari rumah saja ya jalankan kebaikannya.
Ternyata iklan piring kosong tanpa mie ini, dijadikan teaser iklan Indomie di siang hari. Melalui iklan ini, Indomie mampu menampilkan pesan bahwa mereka menghormati orang yang berpuasa. Berbeda dengan iklan-iklan produk makanan dan minuman lainnya yang biasanya tetap menampilkan produk mereka yang menggoda meski di siang hari saat umat muslin tengah menjalankan ibadah puasa.
Setelah waktu berbuka tiba, barulah iklan yang sama ditampilkan kembali dengan kemunculan mie unggulan yang tadinya tidak ada. Berkat keberanian inilah akhirnya iklan Indomie yang sebenarnya sangat sederhana secara visual maupun eksekusi kreatifnya tersebut, segera menjadi pembicaraan masyarakat dan sangat viral di sosial media. Â
Secara keseluruhan, mempertimbangkan aspek kreatif, estetik dan kualitas yang dihasilkan saya menilai iklan Telkomselah yang bisa disebut sebagai iklan yang sangat memikat.Â
Terbukti setelah rilis iklan tersebut, segera muncul banyak versi cover dari penyanyi-penyanyi lainnya di sosial media yang menyanyikan jingle iklan Telkomsel Ramadan 1441 ini. Namun secara konsep komunikasi dan inovasi kreatif yang dilakukan, iklan indomie-lah juaranya.Â
Jika konsep keberanian indomie ini digabungkan dengan kesempurnaan eksekusi recehan iklan Telkomsel, maka iklan inilah yang bisa didaulat menjadi best of the best-nya iklan Ramadan 1441 kali ini. Bagaimana menurut Anda. Silahkan berikan pendapatmu dalam kolom komentar dibawah ini. Tabik. Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI