Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sembako Gantung Peduli Corona, Reinkarnasi Gentong Warisan Adi Luhung Para Leluhur

14 April 2020   03:06 Diperbarui: 15 April 2020   23:20 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu foto candid saat-saat para driver ojol tengah mengambil sembako gantung yang digantungkan di pagar besi depan rumah - Sumber Foto: koleksi 

Salah satu dampak mengenaskan dari pandemi Covid-19 bukanlah sekedar banyaknya jumlah korban terpapar secara langsung semata. Melainkan juga melimpahnya jumlah korban terdampak secara ekonomi dan sosial yang justru tak gampang cara mengobatinya.

Tentu saja seperti yang digembar-gemborkan pemerintah untuk menenangkan masyarakat, pemerintah telah mempersiapkan jaring pengaman sosial yang minimal bisa mengganjal kebutuhan. Namun seberapa kuat dan cermat para aparat pemerintah dalam menjalankan amanat tersebut sehingga semua bisa dicatat dan semua yang membutuhkan dapat?

Karena itulah kepedulian yang muncul dari masyarakat antar masyarakat seringkali bisa lebih cepat bermanfaat. Penggalangan dana, aksi sosial dan beragam kegiatan kepedulian masyarakat lainnya spontan banyak bermunculan di mana-mana. Tentu saja bentuknya bermacam-macam sesuai kreativitas yang dipunya.

Salah satu aksi kepedulian yang mengharukan hati, dan bisa dikatakan baru muncul kembali saat ini adalah apa yang disebut dengan aksi bagi-bagi "sembako gantung".

Apa itu sembako gantung? Sembako gantung adalah tas-tas kresek yang berisi sembako ala kadarnya, semampu yang memberi bantuan, yang cara memberikannya dengan menggantung plastik berisi sembako tersebut di depan rumah, di pagar atau dimana saja yang bisa diambil dengan gampang bagi mereka yang lewat dan membutuhkan.

Sebagai penunjuk bahwa gantungan plastik tersebut boleh diambil, biasanya diberikan tulisan seperlunya. Misalnya, "Gratis silahkan ambil satu untuk Anda!" dan lain sebagainya. 

Tentu saja tak ada yang baku dari jenis, bentuk dan mekanisme pemberian sembako gantung tersebut. Pasalnya aksi ini hanyalah aksi improvisasi kepedulian spontan semata yang dilakukan dengan ikhlas dan sukarela.

Ternyata respon terhadap bantuan berupa sembako gantung tersebut sangatlah baik. Hal itu diungkapkan oleh seorang warga di komplek perumahan mewah yang tak menyangka aksi improvisasi kepeduliannya ternyata mendapatkan respon yang luar biasa.

"Mungkin banyak yang beranggapan kalau di sekitar rumah kami, tidak ada orang yang membutuhkan bantuan Sembako dalam menghadapi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) Covid-19.  Itu juga anggapan kami, ketika mulai menggantung bantuan sembako di pagar rumah.Ternyata anggapan kami salah.  40 kantong yang kami gantung setiap hari, dalam waktu kurang dari 2 jam selalu habis," ucap sang warga yang tidak ingin dikenali ini senang."

Siapa saja pelanggan kami?  Driver ojol, tukang sampah, tetangga tukang sampah, penjaja keliling, petugas keamanan, dll.  Mungkin bantuan kami tidak seberapa, namun kami berharap semoga bermanfaat bagi mereka," tambahnya penuh harap.

Ternyata memberikan bantuan dan menunjukkan kepedulian itu tidaklah sulit dan ribet. Jika dikaji lebih teliti, bisa jadi pemberian sembako gantung ini merupakan reinkarnasi dari budaya memasang gentong air atau kendi di depan rumah yang dilakukan oleh para kakek nenek moyang kita di jaman dahulu.

Dulu leluhur kita khususnya masyarakat tradisional di tanah Jawa, selalu memasang gentong atau kendi air di depan rumah yang bisa dimanfaatkan oleh orang yang lalu lalang untuk menghilangkan haus, mencuci muka atau pun mencuci tangan. 

Ternyata meski berbeda isi dan bentuknya, aksi kepedulian dalam bentuk sembako gantung tersebut memang mirip dengan aksi kepedulian nenek moyang di masa lalu melalui gentong atau kendi yang selalu disajikannya tiap hari di  depan rumah.

Konon waktu selalu berputar. Pun dengan trend budaya seperti musik, fashion, seni, desain, dan sebagainya. 

Apakah mustahil jika kita berharap pascapandemi corona ini, budaya kendi dan gentong kembali bisa menjadi trend dan gaya hidup masyarakat meskipun dalam adaptasi bentuk dan wujudnya yang berbeda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun