Mohon tunggu...
Rahmahikreem
Rahmahikreem Mohon Tunggu... Jurnalis - masih belajar menulis

Setiap Tulisan Ada Pertanggungjawabannya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Atikah binti Zaid Radhiyallahu 'anha, Istri Para Syuhada

9 Februari 2020   22:11 Diperbarui: 9 Februari 2020   22:25 3226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tahun demi tahun berganti dan usia pun bertambah. Di akhir masa kekhalifahan Umar tahun 23 H, sebuah musibah tiba-tiba datang menimpa keluarga Atikah. Bahkan musibah ini merupakan musibah bagi seluruh kaum muslimin. Sebab, musibah inilah pembuka pintu bagi musibah-musibah yang banyak menimpa kaum muslimin setelahnya.

Ialah kematian Umar, suami tercinta dan khalifah yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Subuh itu, ketika mengimami shalat di Masjid Nabawi seorang laki-laki majusi yang menyamar sebagai seorang muslim menusuknya berkali-kali dengan pisau yang telah dilumuri racun mematikan. Tak pelak, tiga hari setelahnya, Umar pun menghadap rabbnya dalam keadaan syahid.

Kepedihan demi kepedihan telah berhasil membentuk kepribadian Atikah menjadi seorang wanita yang kokoh dan sabar. Ia sadar bahwa kematian suaminya merupakan takdir yang telah Allah gariskan untuknya.

Bukankah ia tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengabarkan bahwa Umar radhiyallahu 'anhu merupakan salah satu penghuni surga, dan kesyahidannya inilah yang menjadi jalan baginya untuk memasuki surga yang dijanjikan bersama Sang Kekasih tercinta.

Hari-hari berubah menjadi pekan, dan pekan berganti bulan. Setelah berakhir masa 'iddahnya, Zubair bin 'Awwam, hawari Rasulullah datang meminangnya. Setelah ia menerima lamaran tersebut, penikahanpun dilangsungkan. Atikah dan suaminya hidup dalam keberkahan dan ketaatan.

Zubair radhiyallahu 'anhu adalah seorang sahabat yang selalu mengikuti peperangan sejak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup. Ia tak pernah takut mati di medan jihad. Bahkan kesyahidan adalah cita-cita yang sangat ia rindukan.

Inilah yang juga disadari oleh Atikah. Ia tahu betul bahwa suaminya termasuk dari sepuluh sahabat yang dijanjikan syahadah oleh Allah ta'ala melalui lisan Rasulnya shallallahu 'alaihi wasallam.

Hingga tiba saatnya janji Allah itu menjadi kenyataan. Tatkala perang Jamal berkecamuk di antara para sahabat karena fitnah yang dikobarkan oleh Abdullah bin Saba' dan pengikutnya, Zubair turut serta di dalamnya.

Namun ketika Zubair menyadari bahwa dirinya berada di pihak yang salah, ia pun bertaubat dan keluar dari kelompok yang bertikai. Hampir saja kedua pasukan berdamai, bahkan para pemimpin pasukan saling menginginkan keadaan kembali dalam keadaan ketika Rasulullah masih hidup.

Akan tetapi, rupanya hati orang-orang munafik tak menyukai jika perang ini diselesaikan dengan damai. Maka, salah satu pengikut Abdullah bin Saba' yang bernama Amr bin Jurmuz menebaskan pedangnya pada tubuh Zubair ketika ia sedang bersujud dalam shalat dzuhur. 

Ia mengira bahwa dengan berhasilnya ia membunuh Zubair maka 'Ali radhiyallahu 'anhu yang saat itu menjabat sebagai amirul mukminin akan merasa senang dan berterima kasih padanya. Sebab Zubair berada di pihak orang-orang yang memerangi amirul mukminin sebagai tuntutan agar 'Ali menghukumi para pembunuh khalifah ketiga, Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu. Alih-alih merasa senang, justeru 'Ali marah besar pada sang pembunuh orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun