Mohon tunggu...
David Rohans R Hutagaol
David Rohans R Hutagaol Mohon Tunggu... Akuntan - I write what i think

My name is David Rohans Rivaldo Hutagaol | An idealistic scatterbrain who loves reading, writing, listening, analyzing and travelling | A banker (someday) | A man with too many questions inside his head, who's interested in politic, music, social and economy |

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengaruh Ekonomi As dan China Terhadap Fluktuasi Nilai Rupiah

16 Oktober 2015   08:39 Diperbarui: 16 Oktober 2015   18:35 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Saya akan menjelaskan bagan mengenai dampak devaluasi Yuan terhadap Indonesia.

          Pertama, dampak yang sangat kental terasa adalah menurunnya jumlah ekspor kita. Perlambatan pertumbuhan ekonomi China sudah jelas akan menurunkan jumlah ekspor kita karena mereka akan mengurangi belanja barang mentah ataupun barang setengah jadi. Jadi, selama Indonesia bergantung pada ekspor komoditas, maka perlambatan pertumbuhan ekonomi China (yang mengurangi ekspor kita), bisa secara langsung melemahkan mata uang kita dan ekonomi kita.

          Kedua, dampak devaluasi yuan yaitu berpotensi membengkaknya nilai utang Indonesia dalam bentuk dollar AS. Ya karena ekspor menurun akan meningkatkan nilai USD karena USD sebagai mata uang de facto perdagangan international. Ketika ekspor kita menurun, nilai USD meningkat dan sudah pasti akan membengkaknya utang dari sisi impor.

          Ketiga, Penurunan harga komoditas. Mengapa ini bisa terjadi? Penurunan ini terjadi jika nilai ekspor dibayar dalam bentuk mata uang yuan. Dan juga berbanding lurus dengan barang – barang Tiongkok yang masuk ke Indonesia dapat menyebabkan penurunan harga komoditas dan ini akan membuat defisit neraca perdagangan Indonesia – China semakin tinggi.

          Keempat, devaluasi yuan akan membahayakan kinerja industri manufaktur. Mengapa? Karena industri manufaktur saat ini masih banyak yang mengandalkan bahan baku impor. Hal ini membuat banyak perusahaan merugi. Dan apa yang terjadi saat perusahaan merugi? Ya jelas akan berpengaruh ke poin yang kelima.

          Kelima, dampak devaluasi yuan akan berpotensi meningkatkan angka pengangguran. Kita bisa lihat dari Industri manufaktur yang baru saja saya paparkan. Industri manufaktur terlalu mengandalkan bahan baku impor, sehingga banyak laporan keuangan mereka yang melaporkan bahwa perusahaan mereka sedang merugi. Yang terjadi pada perusahaan yang merugi adalah tentunya pemangkasan jumlah pegawai. Dan, yang lebih parah jika perusahaan gulung tikar, maka akan memunculkan gelombang pengangguran yang baru. Namun, diluar konteks, ada juga perusahaan Indonesia yang tidak merugi, mereka masih untung (tapi nilai keuntungan nya berkurang dari tahun lalu), namun tetap berniat mengurangi jumlah pegawainya.

          Devaluasi Yuan

          Apa motif People’s Bank Of China (POBC) men-devaluasi-kan yuan? Ya walaupun apa yang saya lihat di tv dulu kalau tujuan devaluasi tersebut untuk meningkatkan ekspor China (namun jujur gue masih kurang paham dengan prinsip men-devaluasi-kan mata uang sendiri berpengaruh signifikan dengan peningkatan ekspor, ya kali aja karena gue dulu waktu kuliah banyakan main main, makanya sampe sekarang sudah kerja, masih kaga ngerti hal ginian). Namun, saya memandang lebih jauh dari itu. Saya melihat adanya motif China untuk menjadikan Yuan sebagai World Reserve Currency. For your information, World Reserve Currency adalah mata uang yang berlaku dan dapat dijadikan alat instrumen transaksi di seluruh dunia, baik untuk pembelian maupun pembayaran.

          Ada beberapa hal yang membuat saya pribadi berpikir bahwa tujuan utama People’s Bank Of China (POBC) men-devaluasi-kan Yuan untuk tujuan agar Yuan menjadi World Reserve Currency.Saya pernah memprediksi bahwa Yuan cepat atau lambat akan menjadi mata uang dunia(menemani USD, Euro dan Pounds) setelah saat 2010 semasa saya kuliah, pertumbuhan ekonomi China sempat dua digit atau 10,4%. Saya pada saat itu terhenyak melihat pertumbuhan ekonomi China dimana tidak satupun negara yang mampu mengungguli pertumbuhan tersebut. Bagaimana mereka mencapainya? Saat itu, semua negara menjadi tujuan ekspor China. Dan membuat negara ini dijuluki Raja Ekspor. Walau di tahun yang sama (2010), IMF membatalkan yuan sebagai mata uang dunia padahal saat itu pertumbuhan ekonominya sedang berada di puncak. Saya pun kaget dengan keputusan tersebut.

          Namun, saat ini walau China sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi mereka saat ini dipastikan tidak mampu melampaui pertumbuhan mereka di tahun 2010, namun cara People’s Bank Of China men-devaluasi-kan mata uangnya berdampak International. Ini seakan China ingin memberi sinyal pada dunia International bahwa yuan pantas untuk dijadikan mata uang dunia.

          Saya melihat tujuan utama POBC mendevaluasikan yuan adalah untuk menjadikan yuan sebagai mata uang dunia. Jika kita mengacu pada alasan mereka, bahwa tujuan devaluasi ini untuk meningkatkan ekspor, saya belum mendapat datanya. Apakah memang setelah men-devaluasi-kan yuan, ekspor China langsung tumbuh signifikan? Jika tujuan utama POBC mendevaluasikan Yuan untuk menjadi World Reserve Currency sesuai dengan prediksi saya, maka hal tersebut akan menjawab ekspektasi saya. Karena selama saya kuliah dulu, saya berharap ada 1 mata uang yang bisa menemani USD. Apa keuntungannya? Karena perdagangan internasional tidak didominasi 1 mata uang saja. Sehingga, jika terjadi gejolak mata uang tersebut (USD yang diakui sebagai mata uang de facto) yang dikarenakan efek dari kebijakan domestik, maka transaksi bisa dengan cepat shifting ke mata uang lain, yaitu yuan jika akhirnya yuan menjadi world reserve currency menemani USD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun