1. Intervensi di Pasar Valuta Asing: Bank Indonesia (BI) aktif melakukan intervensi di pasar valuta asing dengan tujuan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Meski tidak dapat sepenuhnya mencegah pelemahan rupiah, intervensi ini mampu menekan fluktuasi yang terlalu tajam dan memberikan stabilitas jangka pendek pada nilai tukar.
2. Diversifikasi Tujuan Ekspor: Pemerintah mendorong diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada beberapa negara tertentu. Dengan memperluas jangkauan pasar ekspor,Indonesia dapat meningkatkan daya saing produk-produk ekspornya dan meminimalisirdampak pelemahan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama.
3. Penguatan Industri Dalam Negeri: Pemerintah juga fokus memperkuat industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dan produk jadi. Program substitusi impor ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif fluktuasi nilai tukar, terutama pada industri yang bergantung pada barang impor.
Kesimpulan:Fluktuasi nilai tukar rupiah pada tahun 2024 memberikan dampak yang beragam bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam sektor ekspor dan impor. Di satu sisi,pelemahan rupiah membantu meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global.Namun, ketergantungan pada impor bahan baku mengakibatkan peningkatan biaya produksi, yang pada akhirnya membebani industri dalam negeri. Di sisi lain, sektorimpor menghadapi kenaikan harga barang yang dapat memicu inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat. Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ditengah fluktuasi nilai tukar, pemerintah Indonesia perlu terus menerapkan kebijakan strategis, termasuk mengurangi ketergantungan pada barang impor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H