Oleh: R. Ayu Rofiva Mahasiswa Universitas Madura
Menghela nafas sesak dirasa, membelah buih laut lepas.
Kau yang singgah seperti musim, kadang basah kadang kering,Â
kemaraumu kerontangkan rongga.
Air jernih pada kubang lumpur,Â
Kemustahilan abadi.
Dalih-dalih kau acungkan, seperti akan benar sendiri.
Tak nampakkah kau wahai pelangi berbalut pilu?
Kemarin kau nampak elok, seperti tak terjamah kematian.
Berbianglala aku pada dasar palung, rela di telan gelap dingin mu.
Pamekasan, 25 Januari 2022
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!