Mohon tunggu...
Rofita Istiqomah
Rofita Istiqomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Don't just life, exist!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan Abad 21: Adaptasi 21st Century Skill dalam Pembelajaran Era Revolusi Industri dan Society 5.0 di Tengah Pandemi Covid-19

15 Juni 2021   10:13 Diperbarui: 15 Juni 2021   13:42 2679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Vina Serevina, Rofita Istiqomah, Fadia Noval, dan Vilia Cristi Ayuningsih
MBKM UNJ - UNNES


Dunia telah memasuki era revolusi industri generasi 5.0, ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaktivitas, pengembangan digital, kecerdasan buatan, dan sistem virtual. 

Dengan meningkatnya integrasi batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya, teknologi informasi dan komunikasi pasti akan berdampak pada semua bidang kehidupan, salah satunya sistem pendidikan di Indonesia. Menurut Arjunaita (2020), pada era pendidikan 5.0, manusia dan mesin diselaraskan untuk memperoleh solusi dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, serta menemukan berbagai kemungkinan inovasi baru yang dapat dimanfaatkan bagi perbaikan kehidupan manusia modern.

Selain Era Revolusi Industri 5.0, juga berlangsung Era Society 5.0, dimana era ini merupakan dampak dari Revolusi Industri 4.0 (Sukarno, 2020). Dalam bidang Pendidikan terdapat adanya tantangan era revolusi society 5.0 yakni kurikulum pendidikan yaitu (1) pendidikan karakter, (2) kemampuan berpikir, (3) kemampuan mengaplikasikan teknologi (Sukarno, 2020). 

Pada era revolusi industri 4.0 guru lebih difokuskan dalam pendidikan karakter, moral dan keteladanan. Penerapan kemampuan tidak bisa diganti dengan teknologi ataupun alat modern, oleh karena itu softskill dan hardskill lebih diutamakan (Nastiti, dkk, 2020). Adanya era society 5.0 diharapkan tidak merubah peran guru dalam memberikan pendidikan moral dan contoh baik bagi siswa. 

Menurut Sariono, 2013) dalam Wibawa & Agustina (2019), landasan yang digunakan guru dalam membimbing siswa melalui sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan moral dalam kurikulum. Pemerintah saat ini lebih menekankan proses belajar mengajar pada student center. Sistem pembelajaran yang dapat membentuk siswa berfikir kritis dan tingkat kognitif yang tinggi yaitu “Higher Order Thingking Skills” atau HOTS Wibawa & Agustina (2019).  

Dengan adanya Pendidikan berbasis HOTS pada setiap sekolah, diharapkan siswa lebih dapat berfikir kritis, logis, dan kreatif sehingga mampu menghadapi masa transisi dari era revolusi industri 4.0 ke era society 5.0.

Pada abad 21, kegiatan pembelajaran harus dapat mempersiapkan generasi manusia Indonesia menyongsong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Syahputra (2018) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran abad 21, terdapat empat prinsip, yaitu: (1)  Instruction should be student-centered, (2)  Education should be collaborative, (3) Learning should have context,(4) Schools should be integrated with society.

Kerangka Belajar Abad ke-21

Framework pembelajaran abad 21 telah dikembangkan oleh P21 (Partnership for 21st Century Learning), dimana peserta didik dituntut untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir.

Model Pembelajaran Abad Ke-21 

Model pembelajaran abad ke-21 yaitu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Redhana (2019) megatakan bahwa pembelajaran yang wajib diterapkan dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

sumber: (Risdianto, 2019)
sumber: (Risdianto, 2019)
Ada empat fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 yang dikenal dengan 4Cs, yaitu cretivity, critical thingking, communication dan collaboration. Beberapa kemampuan lain yang harus dimiliki di di abad 21 ini yaitu: Leadership, Digital Literacy, Communication, Emotional Intelligence, Entrepreneurship, Global Citizenship, Problem Solving, Team-working

Trend pembelajaran dan best practices harus disesuaikan untuk mencapai keterampilan abad 21, salah satu caranya yaitu melalui pembelajaran terpadu atau secara blended learning (Risdianto,2019). Dimana blended learning ini merupakan cara mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi masing-masing siswa dalam kelas.

 

Pendidikan di Era Pandemi

Salah satu dampak Covid-19 yang telah melanda dunia selama satu tahun adalah di bidang pendidikan. Upaya pemerintah Indonesia memutus rantai penyebaran Covid-19 yaitu dengan mengeluarkan kebijakan pembelajaran jarak jauh (daring) sebagai gebrakan baru di dunia pendidikan Indonesia. Baik pemerintah, lembaga pendidikan, maupun tenaga pendidik harus berusaha keras mencari solusi agar keadaan yang sedemikian tidak menghambat proses pendidikan di Indonesia.

Pendidikan di era pandemimemaksa masyarakat untuk mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini serta diperlukan inovasi dan kreasi dalam penggunaan teknologi informasi untuk mengembangkan pendidikan secara maksimal (Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Kemendikbud). Tidak dipungkiri lagi, pandemi juga berkontribusi besar dalam menyongsong peradaban masyarakat 5.0 di Indonesia.

Pemerintah  dan kemendikbud memanfaatkan kesempatan ini untuk  mengembangkan program-program pendidikan yang mungkin sulit dicapai ketika pembelajaran luring. Program tersebut seperti MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) pada program ini mahasiswa dapat menambah pengalaman dan wawasan pengetahuan yang diperoleh dari kampus lain ataupun prodi lain. Program ini mirip seperti program pertukaran hanya saja dalam pelaksanaanya tidak terbatas oleh ruang. Selain MBKM, terdapat program-program lain seperti relawan pengendalian Covid-19 (RECON) , KKN Tematik, Mengajar dari Rumah (MDR), Permata Sakti, dan Kampus Mengajar.

Selama pandemi, pendidikan di Indonesi menggunakan kurikulum darurat. Dimana kurikulum merupakan rencana pembelajaran yang diprogramkan oleh lembaga pendidikan untuk melancarkan proses belajar mengajar  untuk mencapai tujuan pendidikan (Gusty, dkk, 2020).  Di situasi pandemi Covid-19 perlu adanya penyesuaian kurikulum dengan keadaan yang ada. Penyesuaian yang dimaksud berupa penyesuaian kompetensi dasar inilah yang dimaksud dengan kurikulum darurat. Setiap lembaga pendidikan diberikan kesempatan untuk dapat menyesuaikan kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi setempat. 

Pada surat edaran Menteri Pendidikan Nasional (2020) disampaikan 4 kebijakan pelaksanaan pembelajaran dirumah yakni (1) Pembelajaran daring dilaksanakan agar siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna tanpa dibebani menuntaskan capaian kurikulum untuk kenaikan kelas ataupun kelulusan; (2) pendidikan yang diberikan pada pelajar difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup di masa pandemi Covid-19; (3) pendidik memberikan tugas yang bervariasi antarsiswa sesuai kemampuan, minat dan kondisi siswa; (4) bukti capaian hasil belajar dapat bersifat kualitatif.

Pandemi Covid-19 berdampak pada kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring (Fatimah, S. 2020), hal ini ditegaskan oleh Rafsanjani (2020) bahwa penerapan kebijakan new normal dilaksanakan guna menghindari paparan virus Covid-19.

Pendidikan di Indonesia memiliki tantangan, yaitu 1) ketidakseimbangan teknologi antara sekolah di desa dan di kota, 2) guru yang gaptek kurang maksimal dalam pemanfaatan aplikasi penunjang pembelajaran, 3) internet dan kuota masih kurang 4) hubungan antara guru, siswa, dan orang tua baik (Fatwa, 2020). Oleh karena itu, platform aplikasi sebagai wadah pembelajaran daring harus dimaksimalkan. Guru berperan penting dalam membangun karakter siswa, dengan disiplin waktu pembelajaran dan tugas, bekerjasama dalam tugas kelompok, santun berbicara saat pembelajaran. 

Sekolah juga menerapkan protokol kesehatan yang sesuai peraturan pemerintah yaitu tempat mencuci tangan dan hand sanitizer, penyediaan thermogun suhu tubuh, pemberian jarak bangku antar satu siswa dengan siswa yang lain,ruangan disemprot dengan disinfektan, jadwal kegiatan menggunakan sistem plot, dan surat keterangan sehat (Sofanudin, 2020).

Ada empat fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 yang dikenal dengan 4Cs, yaitu cretivity, critical thingking, communication dan collaboration. Beberapa kemampuan lain yang harus dimiliki di di abad 21 ini yaitu: Leadership, Digital Literacy, Communication, Emotional Intelligence, Entrepreneurship, Global Citizenship, Problem Solving, Team-working. 

Trend pembelajaran dan best practices harus disesuaikan untuk mencapai keterampilan abad 21, salah satu caranya yaitu melalui pembelajaran terpadu atau secara blended learning (Risdianto,2019). Dimana blended learning ini merupakan cara mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi masing-masing siswa dalam kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun