dibalik bukit senja menyimpan banyak cerita
lembut redup semesta seolah memberi aba - aba
ketenangan akan segera tiba
cahaya jingga melebur diujung cermara
burung-burung terbang lalu lalang
melantunkan nyanyian pemisah
antara dunia dengan hiruk piruknya
ke dunia dimana sunyi menampakkan diri
pertunjukan akan segera dimulai
disambut bulan terbit tidak sempurna
langit-langit panggung dihiasi gemerlap cahaya kejora
tirai merah membelah diri
menampakkan wajah panggung hitam kebiru - biruan
bayang - bayang enggan melambaikan tangan
hanya sekedar menyapaÂ
para pedagang sibuk menjajakan sebungkus lamunan.
sandiwara telah dimulai tanpa musik pengiring.hanya hening yang dapat dirasakan
sesekali mata mennjatuhkan bulir-bulirnya.
sesekali suara tawa terdengar nyaring di barisan paling depan
pertanda adegan kebohongan telah terjadi.
adegan perang hal yang palng membosankan
dimana dari kubu hati dan otak sama-sama  enggan mengaku kalah
sepertinya sang sutradara lupa menuliskan adegan romansa dalam naskahnya
tanpa tepuk tangan pertunjukan telah usai
usia malam semakin menua
satu persatu dari mereka keluar
dengan wajah bertopeng kebingungan
kerumah mana mereka akan pulang
untuk menumpahkan segala yang menyesakkan dada
disepanjang lorongÂ
mereka saling menebak nebak
apakah lusa masih menjalani peran di cerita yang sama
seolah mereka harus siap menjadi aktor paten
dalam sandiwara bertajuk sepi
prigen ||07 juni || 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H