Nona sedang berhutang
Pada tuan yang malang
Dibelahan jalan ia menjahit jarak yang semakin renggang
Tak pernah memiliki waktu senggang
Tuan selalu melukis bayang-bayang dalam nuansa remang
Tuan selalu sedia pedang
Karna tuan belum mati dalam berperang
Masihkah nona tak mau memandang?
Nona terlalu tega
Tuan bagai hewan melata
Merayap menarik perhatian pasang mata
Setidaknya ada senyum yang menyala
Cukuplah itu dada berbunga-bunga
Sesampainya di ujung sana
Seakan tuan tak pernah membacanya
Tuan dicibir sebagai jelata
Yang datang hanya untuk meminta - minta
Sedangkan nona
Lempar pandang sembunyi mata
Ayolah nonaku yang cantik
Hatiku butuh pemantik
Telah lama penantian tuan tercekik
Tidakkah hatimu sedikit tergelitik
Kenapa kau selalu memberi teka-teki yang begitu pelik
Bagi tuan itu tidak cukup menarik
Bicaralah nona sudah lelah tuan
mengetik
Tuan hanya ingin dengan nona menjadi sepasang barang antik
Dalam waktu yang hampir habis tercabik - cabik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H