Kota Bandung. Sejuk. Bersih. Ramah. Indah. Juga sarat kisah Histori.Â
Inilah kesan saya pribadi sejak tiba di Stasiun Kereta Api Bandung, pagi pukul 10.15 Wita, Rabu 27 November 2019. Kesan serupa juga saya rasakan saat jalan-jalan selama hampir sehari penuh di dua tempat di kota kembang ini.
Setelah check in di hotel dekat Stasiun Kereta Api Bandung, saya dan teman saya bernama Frans Ngara, bergegas menuju Gedung Sate, Kantor Gubernur Jawa Barat. Kami sebetulnya ingin tahu tentang gedung berhistori yang merupakan peninggalan kolonial Belanda itu.
Tapi setelah tiba di sana tampak ada kesibukan pameran di halaman gedung sate itu, maka kami memilih mengamatinya dari jalan raya saja. Meski demikian kami sempat ngobrol dengan seorang ASN muda lulusan IPDN bernama Nuke.
"Mohon ijin teh, mengapa gedung ini dinamakan gedung sate?" tanya saya.
"Karena benda di puncaknya itu berbentuk tusuk sate," jawabnya singkat.
Karena jawaban gadis cantik itu hanya simpel begitu maka saya pun tidak bersemangat untuk menggali makna lanjutannya. Dalam pikiran saya, mungkin saja gadis itu kurang wawasan. Jadi sudahlah.
Kami beruntung bisa ngobrol dengan seorang laki-laki setengah baya penjual cindera mata di pinggir jalan. Dari orang ini kami dapat cerita cukup tentang gedung sate tersebut.
Lanjutnya, gedung sate tersebut, dibangun dengan konstruksi menyerupai gunung tangkuban perayu di hadapannya. Saat itu ia menunjuk gunung tersebut yang sedang terselubung kabut. Sehingga tidak tampak jelas di mata kami.
"Mengapa begitu?" tanya kami. Laki-laki itu mengalihkan pembicaraan. Rupanya ia tidak mau menjelaskannya. Kami juga tidak berusaha mengejarnya. Sudahlah.
Setelah itu, ia juga menjelaskan bahwa konstruksi gedung sate itu melambangkan lima agama besar di Indonesia. Ia menuturkannya sangat meyakinkan dengan menunjukkan bentuk-bentuk lambang atau simbol pada gedung sate itu. Kami percaya sajalah dan menunjukkan rasa kagum atas ceritanya.
Kemudian kami meminta bantuannya untuk mengabadikan diri kami dengan latar belakang gedung sate dan stadion di hadapan gedung sate di seberang jalan. Ia pun tidak keberatan memenuhi permintaan kami.
Cukup lama memang kami di tempat ini. Setelah ngopi di trotoar, kemudian kami pamit pulang hotel untuk istirahat siang.
Selepas istirahat siang, jelang maghrib, kami mengunjungi Bandung Elektronik Center. Tidak ada tujuan untuk shoping. Hanya sekadar jalan-jalan pelesir saja.
Dari BEC ini sebetulnya kami ingin ke alun-alun kota Bandung. Namun karena waktu kami sudah tersita banyak di BEC maka kami tidak sempat lagi ke sana.
Kami harus segera balik hotel untuk istirahat, mengingat esok dini hari harus bertolak kembali Jakarta melalui Stasiun Kereta Api Bandung.
Lain kali kami akan datang lagi di kota Bandung. Mohon ijin kami istitahat dulu ya.
Bandung, 27 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H