Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Billa Tyamaro di Kodi, Seorang Gadis Cantik yang Kawin dengan Siluman Buaya

5 Juli 2019   00:07 Diperbarui: 5 Juli 2019   00:25 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***** *****

dokpri
dokpri
Jawaban Billa Paha kepada ibunya malam itu dianggap merupakan persetujuannya, maka orang tuanya mulai menggelar pesta Woleka. Setelah pesta berlangsung berhari-hari namun belum ada juga tanda-tanda Billa Paha telah tertarik pada salah seorang laki-laki yang datang menonton.

Setiap pagi, sesuai kebiasaannya, Billa Paha pergi ke sungai untuk mencuci, mandi dan ambil air. Suatu pagi, ketika ia sedang mencuci datanglah seorang laki-laki ganteng. Laki-laki dewasa itu berpenampilan sangat menarik dalam busana dan perlengkapan adat lengkap, mengikat kepalanya seperti mahkota dan di pinggangnya terselip parang dengan ulu (pegangan) yang terbuat dari gading.

Laki-laki berwibawa itu menyapa dan kemudian menanyakan kepadanya seperti sedang menyelidik. "Tamo Inya, kalau boleh saya tahu, dari mana asal bunyi tambur dan gong yang saya dengar dalam beberapa malam ini," tutur laki-laki itu. Tamo Inya adalah sapaan santun atau halus untuk perempuan yang belum bersuami.

Karena laki-laki itu bertanya dengan santun, maka Billa Paha merasa perlu untuk menjawab pertanyaan laki-laki itu. "Dari Parona Pakare," balas Billa Paha.

"Ada pesta apa?" lanjut laki-laki itu.

"Woleka," jawab Billa Paha.

"Dalam rangka apa?" tanya laki-laki itu ingin tahu tujuan pesta Woleka tersebut.

Tanpa ragu sedikitpun Billa Paha mengisahkannya secara polos apa adanya. Laki-laki itu pun maklum dan tidak mau bertanya lagi. Ia khawatir Billa Paha akan tersinggung. Laki-laki itu pamit lebih dulu, setelah mereka berkenalan.

Keesokan paginya, saat Billa Paha sudah berada di sungai, Palari, nama laki-laki itu, datang lagi. Dari satu pagi ke pagi berikutnya, selalu begitu. Mau tidak mau mereka jadi akrab.

Sampai akhirnya pada suatu pagi, Palari menyatakan cinta dan melamar Billa Paha. "Sejak pertama kali kita bertemu di sungai ini, saya sudah jatuh cintamu padamu. Seandainya belum ada laki-laki yang kamu cintai sampai saat ini, saya ingin melamarmu menjadi calon isteriku," kata Palari berterus terang penuh percaya diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun