Benar kata orang, cinta itu misterius. Unik dan impulsif, tidak bisa terduga. Menantang tapi indah. Ruwet tapi membuat kangen. Juga tak bisa ditakar dengan logika akal sehat.
Tari Mbuku kelihatan makin cantik. Raut wajahnya yang tenang mulai berseri-seri. Penampilannya makin anggun. Singkat kata, ia bagaikan ratu saat terlihat bersama Rangga Mone, yang selalu setia dengan penampilannya yang sederhana.
Suatu waktu pada acara seremonial dalam paguyuban mahasiswa-mahasiswi atau siswa-siswi katolik asal Nusa Sandalwood di Kota Pelajar, Tari Mbuku dicandai oleh sahabat-sahabatnya. "Kamu makin cantik dan bahagia sekarang," begitu sahabat-sahabatnya memujinya, saat mereka baru pertama kali bertemu dengan Tari Mbuku yang tidak mau bergeser dari dekat sisi Rangga Mone.
"Ahhh, kalian terlalu memuji. Saya biasa-biasa saja kok!" begitu Tari Mbuku meresponnya.
Rangga Mone yang mendengar pujian terhadap Tari Mbuku, ya tentu saja besar kepala. Laki-laki normal mana sih yang tidak senang jika gadis yang sudah digandengnya disebut-sebut cantik oleh teman-temannya?
"Wajar saja dia bahagia, karena sudah dapat laki-laki yang kena di hatinya," seloroh seorang gadis cantik berwarna kuning langsat dan bermata sipit, yang sedang mepet dan manja di sisi kanan Rangga Mone.
"Namanya juga cinta yang happy ending," goda sahabat Tari Mbuku, pacar sahabat Rangga Mone.
Tari Mbuku memang malu-malu kucing, tapi aura kecantikannya makin bersinar. Rangga Mone yang melihat itu merasa bersyukur bahwa dirinya cukup  berarti bagi hidup Tari Mbuku.
***** *****
Jabat tangan antara Tari Mbuku dan Rangga Mone pada suatu sore di kos Tari Mbuku, dalam jarak waktu yang tidak terlalu lama, setelah Tari Mbuku dan pacar sahabat Rangga Mone mengunjungi Rangga Mone di rumah kontrakannya waktu itu, merupakan ikhrar kepastian status hubungan pacaran antara kedua insan yang sudah dewasa ini.
Sore itu, dengan dipicu oleh dorongan firasat hati yang kuat, Rangga Mone mengunjungi Tari Mbuku di kosnya. Kunjungan yang ketiga kalinya ini, ia menjumpai Tari  Mbuku sedang sendirian. Tidak seperti kunjungannya yang pertama dan kedua, selalu ada laki-laki asal bumi karang bagian timur yang menemani Tari Mbuku.
Saat itu, Tari Mbuku menerima kehadirannya dengan sikap yang terkesan tenang dan senang. Tidak grogi dan salah tingkah. Ia bahkan begitu sigap menyiapkan minuman hangat untuk Rangga Mone.
Rangga Mone melihat situasi itu sebagai isyarat yang baik. Dalam hati, Rangga Mone berpikir, Tari Mbuku sudah terbebas dari belenggu cintanya dengan laki-laki itu.
"Bagaimana, kamu sudah menyelesaikan masalahmu dengan laki-laki itu?" tanya Rangga Mone santai, tanpa beban sedikitpun.
"Terima kasih atas bantuan kakak. Saya sudah omong jujur apa adanya kepadanya. Memang awalnya ia keberatan dan mempertanyakan mengapa saya begitu cepat berubah dan menganggapnya lebih baik sebagai saudara saja. Tapi dengan penjelasan saya yang sejujur-jujurnya bahwa sebenarnya saya hanya simpati dan kagum saja dengan sikapnya dan bukan mencintainya, maka ia pun memakluminya dengan ikhlas, yang penting saya bisa bahagia," tutur Tari Mbuku tanpa beban juga, seperti sedang curhat saja kepada sahabatnya.
"Kalau begitu, syukurlah. Mungkin memang beginilah jalan hidup kita. Kalau kamu tidak melewati pengalaman hidup itu, mungkin juga saya tidak pernah ke sini," komentar Rangga Mone.
"Terima kasih kak. Atas pengertiannya," balas Tari Mbuku.
"Apa sekarang kamu sudah merasa lebih baik? Maksud saya, sudah bebas dari beban berat?" tanya Rangga Mone melanjutkan.
"Sudah bebas kak. Merasa senang dan bahagia," jawab Tari Mbuku sambil tersenyum.
"Kalau begitu, bagaimana kalau saya menambah rasa kebahagiaan untukmu," sambung Rangga Mone.
"Apa itu kak," respon Tari Mbuku.
"Ya, mau apalagi, saya mau melanjutkan cinta saya kepadamu," tutur Rangga Mone.
Tari Mbuku langsung tersenyum. Pipinya memerah. Kemudian menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Tampak grogi sedikit.
"Kamu ikhlas?" lanjut Rangga Mone.
"Ya ikhlas kak," jawab Tari Mbuku. Kepalanya ikut mengangguk. Ia tampak kikuk namun senyumnya tetap terlihat indah, serupa indahnya sore hari itu.
***** *****
Seminggu setelah peristiwa indah sore itu, Rangga Mone harus mengikuti Kuliah Kerja Nyata di sebuah desa dekat pantai, wilayah selatan Kota Pelajar. Jarak desa tersebut dengan Kota Pelajar cukup jauh. Namun Rangga Mone, selalu berusaha minta ijin kepada teman-temannya dan sekaligus meminjam sepeda motor teman-temannya untuk mengunjungi Tari Mbuku setiap malam minggu.
Rangga Mone melakukan itu, bukan semata-mata karena kangen ingin bertemu dengan Tari Mbuku saja, akan tetapi juga untuk mengawasi kebenaran ucapan Tari Mbuku tentang hubungannya dengan laki-laki itu yang sudah berakhir. Hal ini harus dilakukan Rangga Mone karena laki-laki itu masih ada di Kota Pelajar.
Ia sangat khawatir laki-laki itu masih sering main ke kos Tari Mbuku.
Kekhawatiran Rangga Mone ini menjadi kenyataan. Laki-laki itu masih berusaha mendekati Tari Mbuku. Tepat satu malam minggu, karena Rangga Mone tidak bisa meninggalkan lokasi KKN karena ada kesibukan, laki-laki itu mendatangi Tari Mbuku di kosnya. Dengan alasan bahwa ia ulang tahun, laki-laki itu, memelas-melas setengah memaksa Tari Mbuku untuk menemaninya. Entah karena masih ada perasaan suka atau terpaksa betul, Tari Mbuku pun mengikuti kemauan laki-laki itu. Mengenai kejadian ini dikisahkan oleh Tari Mbuku, saat Rangga Mone datang pada malam minggu berikutnya.
"Saya jengkel dan sakit hati betul kau tidak datang pada malam minggu yang lalu," kata Tari Mbuku gemas kepada Rangga Mone.
"Kenapa begitu," respon Rangga Mone sambil tertawa.
Kemudian Tari Mbuku mengisahkan peristiwa tersebut tadi. Sejujurnya, Rangga Mone sangat marah, apalagi Tari Mbuku juga mengikuti intrik-intrik laki-laki itu. Ia sudah berpikiran negatif tentang Tari Mbuku. "Dasar perempuan bodoh dan murahan," pikirnya. Namun ia segera mengendalikan emosinya, karena kejujuran dan kepolosan Tari Mbuku.
"Saya salah dan mohon maaf. Saya percaya sama kamu. Saya juga tidak apa-apa kamu pergi dengan dia. Â Hitung-hitung menyenangkan orang lain, apalagi itu mantanmu, Â anggap saja beramal. Paling-paling kamu hanya kena cium," komentar Rangga Mone asal-asalan saja.
Tari Mbuku mulai tenang. Namun dari raut wajahnya, terlihat rasa kurang senang dengan komentar Rangga Mone yang terasa menyindirnya secara halus tapi pedas. Meski demikian tidak mengurangi sama sekali kehangatan suasana malam minggu mereka saat itu.
Dua bulan masa KKN sesungguhnya lama, namun karena tingginya kesibukan aktivitas yang dilaksanakan di lokasi, maka masa KKN seperti berlalu dengan cepat. Selepas masa KKN ini, Tari Mbuku dan Rangga Mone, makin sering terlihat bersama. Selalu tampak kompak dan seirama.
Tambolaka, 24 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H