Tari Mbuku langsung tersenyum. Pipinya memerah. Kemudian menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Tampak grogi sedikit.
"Kamu ikhlas?" lanjut Rangga Mone.
"Ya ikhlas kak," jawab Tari Mbuku. Kepalanya ikut mengangguk. Ia tampak kikuk namun senyumnya tetap terlihat indah, serupa indahnya sore hari itu.
***** *****
Seminggu setelah peristiwa indah sore itu, Rangga Mone harus mengikuti Kuliah Kerja Nyata di sebuah desa dekat pantai, wilayah selatan Kota Pelajar. Jarak desa tersebut dengan Kota Pelajar cukup jauh. Namun Rangga Mone, selalu berusaha minta ijin kepada teman-temannya dan sekaligus meminjam sepeda motor teman-temannya untuk mengunjungi Tari Mbuku setiap malam minggu.
Rangga Mone melakukan itu, bukan semata-mata karena kangen ingin bertemu dengan Tari Mbuku saja, akan tetapi juga untuk mengawasi kebenaran ucapan Tari Mbuku tentang hubungannya dengan laki-laki itu yang sudah berakhir. Hal ini harus dilakukan Rangga Mone karena laki-laki itu masih ada di Kota Pelajar.
Ia sangat khawatir laki-laki itu masih sering main ke kos Tari Mbuku.
Kekhawatiran Rangga Mone ini menjadi kenyataan. Laki-laki itu masih berusaha mendekati Tari Mbuku. Tepat satu malam minggu, karena Rangga Mone tidak bisa meninggalkan lokasi KKN karena ada kesibukan, laki-laki itu mendatangi Tari Mbuku di kosnya. Dengan alasan bahwa ia ulang tahun, laki-laki itu, memelas-melas setengah memaksa Tari Mbuku untuk menemaninya. Entah karena masih ada perasaan suka atau terpaksa betul, Tari Mbuku pun mengikuti kemauan laki-laki itu. Mengenai kejadian ini dikisahkan oleh Tari Mbuku, saat Rangga Mone datang pada malam minggu berikutnya.
"Saya jengkel dan sakit hati betul kau tidak datang pada malam minggu yang lalu," kata Tari Mbuku gemas kepada Rangga Mone.
"Kenapa begitu," respon Rangga Mone sambil tertawa.
Kemudian Tari Mbuku mengisahkan peristiwa tersebut tadi. Sejujurnya, Rangga Mone sangat marah, apalagi Tari Mbuku juga mengikuti intrik-intrik laki-laki itu. Ia sudah berpikiran negatif tentang Tari Mbuku. "Dasar perempuan bodoh dan murahan," pikirnya. Namun ia segera mengendalikan emosinya, karena kejujuran dan kepolosan Tari Mbuku.