Hal ini berarti bahwa Mamoli adalah asli daya karya cipta intelektual kreatif kebudayaan orang Sumba yang canggih. Terkait hal ini harusnya orang Sumba sekarang ini tetap melestarikan Mamoli dalam proses perkawinan adatnya.
Disamping itu juga perlu melakukan upaya untuk mendaftarkan Mamoli pada lembaga yang berwenang supaya mendapat legitimasi Hak Intelektual orang Sumba. Mengenai hal ini seandainya kalau bisa lho!
Mamoli Emas dan Perak Sudah Langka
Dalam perkawinan adat orang Sumba sekarang ini, mahar Mamoli dalam bentuk emas dan perak, sudah langka dijumpai. Apa masalahnya?
Pertama, sudah tidak ada lagi pengrajin atau pembuat Mamoli di Sumba. Tinggal Mamoli-mamoli yang sudah lama, yang kadar karat emasnya rendah. Mungkin di bawah 10 karat. Â Mamoli-mamoli ini juga ada yang menjadi barang keramat di rumah adat, sehingga sulit dikeluarkan atau dipakai lagi.
Kedua, Sumba bukan penghasil emas dan perak. Sehingga sulit untuk memperoleh bahan dasar pembuatan Mamoli.
Ketiga, Mamoli emas dapat diganti dengan hewan berupa kerbau jantan besar dan Mamoli perak dapat diganti dengan kuda jantan besar. Tempo dulu, mahar Mamoli emas atau perak adalah suatu kebanggaan atau prestise tersendiri. Karena memang tidak semua orang dapat memilikinya. Sehingga Mamoli disetarakan nilainya dengan hewan besar tersebut.
Dan keempat, sesuai dengan perkembangan kemajuan jaman sekarang ini, orangtua perempuan lebih memilih Mamoli hewan. Mengapa, karena nilai ekonominya yang tajam. Mamoli emas harganya hanya sekitar 5 juta -- 7,5 juta rupiah. Sementara kerbau jantan besar harganya paling sedikit 30 juta rupiah. Hal ini dapat dimaklumi juga karena keluarga perempuan pun memberikan balasan adat berupa babi bertaring yang harganya sekitar 15 juta -- 20 juta rupiah.
Keempat fakta itulah, yang menjadi persoalan dan dilema di Sumba sekarang ini, jika mau melestarikan eksistensi Mamoli asli sebagai mahar paripurna dalam perkawinan adat. Memang Mamoli tidak akan punah sama sekali, karena sekarang ini orang-orang Sumba terutama yang berekonomi cukup baik telah cenderung mengadobsinya sebagai bahan perhiasan emas, yaitu anting-anting dan liontin.
Tambolaka, 9 April 2019