Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Mamoli dalam Perkawinan Adat Sumba

10 April 2019   08:05 Diperbarui: 10 April 2019   08:41 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 (Artikel tentang Mamoli ini tidak bermaksud untuk mengkritisi artikel Rian Umbu sebelumnya, yang telah dimuat di Kompasiana ini. Tapi mudah-mudahan artikel ini makin memperkayanya, sehingga pembaca Kompasiana lebih mengenal Makna Mamoli dalam Perkawinan Adat Orang Sumba) 

Dalam perkawinan adat Sumba dikenal yang namanya Mamoli atau Mamuli atau orang suku Kodi, sesuai dialeg khasnya, menyebutnya Hamoli. Tapi kita pakai saja sebutan sesuai dialeg dominan orang Sumba yaitu Mamoli.

Secara fisik, Mamoli adalah jenis perhiasan yang terbuat dari bahan logam mulia, emas dan perak murni atau campuran diantara keduanya. Bentuknya persis alat reproduksi kaum perempuan yaitu rahim. Ukuran optimumnya, yaitu panjang 10 cm, lebar 7 cm dan tebal 3 cm. Artinya, ada juga yang berukuran lebih kecil dan yang paling kecil namanya Kamomol (dialeg Kodi).

Fungsi Mamoli

Apa fungsi Mamoli dalam adat perkawinan orang Sumba? Mamoli adalah salah satu unsur penting dalam belis.  Kata belis ini, bagi saya sendiri sampai hari ini, belum tahu persis, apakah itu bahasa Sumba atau bukan. Dalam bahasa Sumba, khususnya Kodi, yang ada adalah kata Walli. 

Jika diterjemahkan secara lurus, Walli berarti harga. Jadi, bisa dikatakan bahwa belis adalah bahasa lain dari Walli. Ini berarti pula bahwa belis atau walli adalah setara dengan mahar.

Belis dalam perkawinan adat Sumba adalah suatu tradisi pemberian mahar dari pihak orangtua (pengantin) laki-laki kepada orangtua (pengantin) perempuan dalam bentuk ternak yaitu kerbau dan kuda. 

Mamoli adalah mahar paripurnanya. Jika Mamoli sudah diserahkan maka tuntaslah urusan belis dan sesuai hukum adat, pengantin perempuan telah resmi keluar dari komunitas suku orangtuanya dan mengikuti komunitas suku orangtua pengantin laki-laki.

Disamping sebagai mahar, Mamoli juga berfungsi sebagai perhiasan oleh kaum perempuan Sumba pada acara-acara adat. Dipasang di telinga sebagai anting-anting atau digantung di leher sebagai liontin. 

 

mamuli-www-museum-nasional-or-id-5cad498d3ba7f70b977dd392.jpg
mamuli-www-museum-nasional-or-id-5cad498d3ba7f70b977dd392.jpg

Makna Bentuk Mamoli

Apa makna dari Mamoli yang  berbentuk rahim? Dipastikan belum banyak orang yang memahami hal ini, termasuk jika ditanyakan kepada orang Sumba kebanyakan.

Bentuk rahim pada Mamoli sesungguhnya mempunyai makna simbolik yang sangat dalam. Mamoli adalah simbol ungkapan perhargaan yang tertinggi dan terhormat kepada kaum perempuan (Sumba). Rahim seorang perempuan adalah sumber kesuburan dan kehidupan manusia baru, generasi penerus kehidupan di muka bumi.

Mamoli juga adalah simbol keyakinan orang Sumba berkaitan misteri penciptaan yang ilahi. Sesuai kepercayaan asli mereka yaitu Marapu, yang ilahi itu dikenal dengan sebutan Mori Mawolo Marawi, yang artinya Tuhan yang Membentuk dan Memulai Penciptaan manusia baru, sebagai generasi pewaris keturunan mereka.

Ketika proses belis tuntas yang kemudian diikuti dengan pindahnya pengantin perempuan dari sisi suku orangtuanya ke sisi suku orangtua pengantin laki-laki, maka dengan sendiri "rahim yang hidup" telah pindah suku. Dalam kondisi ini, orangtua pengantin perempuan tentu merasa kehilangan dan sedih. Oleh karena itu, untuk menghibur orangtua perempuan maka diberikanlah penggantinya, meskipun tidak setara, yaitu mahar "rahim logam mulia" yang disebut Mamoli. Dalam istilah Pater Robert Ramone, C.Ss.R, seorang budayawan Sumba, sebagai penghibur duka lara hatinya (Ela poma wani a atina).

mamoli-sumba-sumber-mahligai-indonesia-5cad412d95760e44f142aff2.jpg
mamoli-sumba-sumber-mahligai-indonesia-5cad412d95760e44f142aff2.jpg
Karya Cipta Intelektual Kreatif 

Jika dicermati, Mamoli dapat  menunjukkan kisah sejarah dan derajat peradaban nenek moyang orang Sumba. Kita tahu bahwa orang Sumba tempo dulu belum berpendidikan atau buta huruf. Dilihat dari bentuk Mamoli, tentu sangat sulit untuk membuatnya. Nah, darimana mereka tahu cara menempanya? Kita tahu juga bahwa Sumba bukan penghasil emas dan perak. Nah, dari mana juga mereka memperolehnya?

Banyak orang yang memperkirakan bahwa orang Sumba mengenal Mamoli sejak masa penjajahan Belanda. Perkiraan ini kurang kuat karena sebelum Belanda menjajah Sumba, pedagang-pedagang bangsa luar nusantara dari Inggris dan Portugis serta Cina dan Arab sudah masuk keluar Sumba untuk membeli kayu cendana dan gaharu serta kayu kuning. Bahkan sebelumnya lagi orang Sumba sudah punya hubungan dagang dengan orang-orang Madagaskar. 

Sedangkan dalam wilayah nusantara sendiri, orang Sumba sudah punya hubungan dagang dengan orang-orang Jawa dan Makasar. Dan ketika menguasai Sumba, Belanda sudah menagih pajak dalam bentuk uang pounsterling (uang keping emas) dari rakyat Sumba.

Seandainya kita menganggap benar bahwa orang Sumba mengenal dan tahu menempa perhiasan Mamoli dari bangsa-bangsa di atas, lantas mengapa Mamoli hanya ada di Sumba? Kalau emas dan perak sih bisa saja berasal dari bangsa-bangsa di atas.

Hal ini berarti bahwa Mamoli adalah asli daya karya cipta intelektual kreatif kebudayaan orang Sumba yang canggih. Terkait hal ini harusnya orang Sumba sekarang ini tetap melestarikan Mamoli dalam proses perkawinan adatnya.

Disamping itu juga perlu melakukan upaya untuk mendaftarkan Mamoli pada lembaga yang berwenang supaya mendapat legitimasi Hak Intelektual orang Sumba. Mengenai hal ini seandainya kalau bisa lho!

Dokpri
Dokpri

Mamoli Emas dan Perak Sudah Langka

Dalam perkawinan adat orang Sumba sekarang ini, mahar Mamoli dalam bentuk emas dan perak, sudah langka dijumpai. Apa masalahnya?

Pertama, sudah tidak ada lagi pengrajin atau pembuat Mamoli di Sumba. Tinggal Mamoli-mamoli yang sudah lama, yang kadar karat emasnya rendah. Mungkin di bawah 10 karat.  Mamoli-mamoli ini juga ada yang menjadi barang keramat di rumah adat, sehingga sulit dikeluarkan atau dipakai lagi.

Kedua, Sumba bukan penghasil emas dan perak. Sehingga sulit untuk memperoleh bahan dasar pembuatan Mamoli.

Ketiga, Mamoli emas dapat diganti dengan hewan berupa kerbau jantan besar dan Mamoli perak dapat diganti dengan kuda jantan besar. Tempo dulu, mahar Mamoli emas atau perak adalah suatu kebanggaan atau prestise tersendiri. Karena memang tidak semua orang dapat memilikinya. Sehingga Mamoli disetarakan nilainya dengan hewan besar tersebut.

Dan keempat, sesuai dengan perkembangan kemajuan jaman sekarang ini, orangtua perempuan lebih memilih Mamoli hewan. Mengapa, karena nilai ekonominya yang tajam. Mamoli emas harganya hanya sekitar 5 juta -- 7,5 juta rupiah. Sementara kerbau jantan besar harganya paling sedikit 30 juta rupiah. Hal ini dapat dimaklumi juga karena keluarga perempuan pun memberikan balasan adat berupa babi bertaring yang harganya sekitar 15 juta -- 20 juta rupiah.

Keempat fakta itulah, yang menjadi persoalan dan dilema di Sumba sekarang ini, jika mau melestarikan eksistensi Mamoli asli sebagai mahar paripurna dalam perkawinan adat. Memang Mamoli tidak akan punah sama sekali, karena sekarang ini orang-orang Sumba terutama yang berekonomi cukup baik telah cenderung mengadobsinya sebagai bahan perhiasan emas, yaitu anting-anting dan liontin.

Tambolaka, 9 April 2019

           

              

           

             

           

 

Tambolaka, 8 April 2019

             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun