Sesuatu yang menarik dari sosok Dokter Nelis ini adalah hobinya atau kegemarannya dalam bertani. Memang bertani sudah menjadi kebiasaan anak-anak pedesaan di Sumba. Tentu, sejak kecil, Nelis sudah menemani orangtuanya bekerja di ladang.
Menurut teman-teman dekatnya, waktu mereka masih sama-sama kuliah di Yogyakarta, Nelis selalu membantu Bapak Mertuanya bekerja di sawah pada sore hari. Demikian pula waktu bertugas di Puskesmas Wanu Kaka, menurut informasi dari teman-teman dekatnya di sana, di luar tugas utamanya sebagai dokter, Nelis juga gemar bertani di sawah. Bersama isterinya, Margaretha Tatik W Mete, ibu asal Yogyakarta, Nelis menggarap sawah dan selalu memanen hasil yang cukup banyak. Di Rote Ndao pun, ia melakukan hal yang sama.
Waktu menjadi Kepala RSUD Waikabubak, setiap sabtu, Dokter Nelis pulang kampung di Kodi untuk berladang. Dan yang paling menonjol, ketika menjadi Wakil Bupati Sumba Barat, Â ia mendorong pembukaan lahan kosong tempat penggembalaan ternak di wilayah Ikit, Kecamatan Kodi Utara sebagai ladang pertanian. Lebih dari 300 hektar lahan di tempat ini kini menjadi ladang padi, jagung dan umbi-umbian.
Di wilayah Ikit tersebut, Dokter Nelis tidak hanya mendorong petani dengan kata-kata dan memberikan bantuan sarana produksi pertanian saja, seperti hand tracktor, benih dan pupuk.  Di sana, ia  bersama isteri dan saudara-saudaranya, betul-betul ikut terlibat menggarap ladang sekitar 6 hektar. Masyarakat sunguh-sungguh heran, saat melihatnya ikut menanam/menugal, menyiang gulma, memupuk dan memanen, meski di bawah terik matahari dan hujan sekalipun.
"Kerja keras, termasuk kerja di ladang itu sehat dan panjang umur," selalu ini jawaban yang terlontar dari mulutnya jika ada yang bertanya kepadanya, untuk apalagi ia masih bersusah payah bekerja di ladang, padahal sudah berprofesi dokter dan bupati lagi.
Ladang Dokter Nelis bukan hanya di Ikit saja. Masih ada di beberapa desa lainnya. Ia juga masih mempunyai sawah di Desa Waikarara, Kecamatan Kodi Bhalaghar.
Seminggu yang lalu, Dokter Nelis baru saja selesai panen padi ladang di wilayah ikit dengan produksi yang cukup optimal. Rata-rata produksinya mencapai sekitar 4,5 ton per hektar. Padi yang dipanennya adalah varietas unggul nasional Pare Wangi Kodi dan varietas unggul lokal Pare Kalenggo Rara. Padi ini berkualitas nomor satu di daerah tersebut karena berasnya "pulen".
Bagi masyarakat Sumba Barat Daya, sosok Dr Kornelius Kodi Mete, tidak ada habis-habis dibicarakan. Penampilannya sederhana saja. Tutur katanya santun, singkat, padat dan jelas. Gesturnya familiar dan penuh senyum. Ringan tangan juga menolong orang-orang miskin.
Tambolaka, 30 Maret 2019
Rofinus D Kaleka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H