Mengendalikan gulma dengan cara menyiang memerlukan kerja keras. Â Sedikitnya tiga kali kerja. Itupun butuh tenaga kerja yang banyak dan biaya yang besar pula. Akibatnya, dari sisi perhitungan ekonomi, para petani ladang sulit untuk untung dan meningkat kesejahteraannya.
Berbeda signifikan jika para petani menggunakan herbisida untuk mengendalikan gulma. Sekali kerja bisa saja sudah tuntas gulmanya. Tenaga yang dibutuhkan sedikit dan biaya rendah. Artinya, jauh lebih efisien dari sisi kalkulasi ekonomi. Sehingga para petani merasa lebih untung dan berdampak untuk peningkatan kesejahteraannya.
Dampak Negatif
Penggunaan herbisida di ladang dari kaca mata lingkungan, baik jangka pendek maupun panjang, jelas negatif. Lahan bisa keras atau tidak gembur sehingga mikroba pengurai unsur hara di dalam tanah yang diserab oleh tanaman menjadi sulit berkembang. Lahan yang tidak berumput lagi, bisa menyebabkan terjadi run-off (aliran air permukaan saat hujan) cepat atau melaju kencang. Hal ini berpengaruh negatif terhadap aplikasi pemupukan. Sebagian pupuk akan mengalir ke luar lahan ladang.
Herbisida juga menyebabkan polusi udara yang kita hirup. Residu (sisa-sisa) herbisida juga bisa juga melekat pada produksi tanaman pangan dan hortikultura. Hal ini sangat mencemaskan dan membahayakan kesehatan kita manusia.
Upaya-upaya Pengendalian
Oleh karena penggunaan herbisida di lahan pertanian tanaman pangan  dan hortikultura membawa dampak positif dan juga negatif, maka disinilah urgensi pengendaliannya. Berusaha untuk menghentikan sama sekali penggunaan herbisida oleh petani adalah pekerjaan yang tidak mudah dan bisa jadi juga sia-sia.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan pengawasan yang ketat dan tidak pilih kasih terhadap para produsen herbisida. Mereka harus memproduksi herbisida yang ramah terhadap lingkungan dan teruji dalam aplikasinya.
Disamping itu, diperlukan sosialisasi atau penyuluhan dan pelatihan secara intens dan kontinyu terhadap para petani, sehingga mereka mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dan benar serta tepat. Petani harus tahu persis jenis herbisida apa yang ramah lingkungan. Petani harus tahu dosis dan cara serta waktu aplikasinya. Petani perlu paham herbisida jenis apa yang cocok dan sehat untuk masing-masing komoditi tanaman pangan dan hortikultura. Petani wajib tahu keselamatan hidupnya dari herbisida yang digunakannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, memang dibutuhkan kerjasama secara integratif mulai dari pemerintah, produsen, TNI, Polri, LSM, Pers, dan masyarakat umumnya.
Tambolaka, 25 Maret 2019