Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bohong Itu Perlu Investasi

1 Desember 2018   13:22 Diperbarui: 1 Desember 2018   13:26 2176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hoax atau bohong atau tipu atau dusta atau yang sejenisnya, bukan sekadar mahal dari sisi investasi waktu, tenaga dan biaya, akan tetapi juga mahal dari sisi kepercayaan. Dalam fenomena di atas, siapa yang dapat menjamin bahwa Ratna dan para sejawatnya sekarang ini tidak mengalami "krisis kepercayaan"? Mudah-mudahan saja tidak sampai pada titik "kehilangan kepercayaan" sama sekali.

 Terkait dengan penting dan mahalnya kepercayaan itu, dalam masyarakat Jawa ada ungkapan dan sekaligus nasehat yang berbunyi: "Kehilangan harta sama dengan tidak kehilangan apa-apa, kehilangan nyawa sama dengan hanya kehilangan separohnya, tapi kehilangan kepercayaan sama dengan kehilangan segala-galanya" (Romo Shindu). Kepercayaan itu mahal bukan?

Bohong itu Butuh Investasi

Fenomena Ratna di atas, memberikan gambaran yang jelas kepada kita bahwa nasehat Ki Suratman tadi selalu relevan untuk menjadi bahan tuntunan dalam proses perjalanan kehidupan kita. Setidaknya supaya kita selalu waspada dengan pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Merem perilaku diri kita untuk tidak gemar bohong. Karena bohong itu ternyata membutuhkan investasi yang mahal.

Dengan begitu, saya pribadi berharap supaya para pembuat hoax, tukang fitnah dan pehobi maki melalui media sosial, mulai merem perilakunya. Kalau belum ketahuan boleh tertawa-ria. Tapi begitu terbongkar maka investasinya akan sangat mahal. Selamat belajar dari pengalaman Ratna di atas.

Penulis, pemerhati sosial tinggal di Sumba Barat Daya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun