"Baik bapak, kami akan sampaikan nanti. Tapi untuk bapak ikuti, orangtua Kahi Leba juga mau lakukan pesta serupa," kata Ndelo. "Ooohhh Mori Nggu, Ooohhh Tuhanku. Sungguh keluarga yang sangat baik dan murah hati. Disakiti malah memaafkan," tutur laki-laki tua itu dan segera pamit pulang.
Tak lama kemudian tibalah ayah Kahi Leba. Kahi Leba juga ikut. Proses administrasi dengan cepat dituntaskan. Ndelo tidak lupa menyampaikan pesan orangtua Ndara Kareba. "Atur saja yang baik anak. Yang penting Kahi Leba sudah selamat," tanggap Ayah Kahi Leba dan segera pamit. Ayah Kahi Leba meminta puterinya untuk berterima kasih kepada kedua polisisi muda itu. Serta merta Kahi Leba melakukannya. Dan ketika berjabat tangan dengan Ndelo, laki-laki yang sudah pernah merasakan pelukannya malam itu, Kahi Leba merasakan ada semacam getar-getar peradaban baru yang misterius di dadanya, lalu menawarkan pesan sekenanya yang impresif, "sering-sering ke rumah ya kaka Ndelo."
Ayah dan anak itu baru saja keluar pintu, mulailah polisi yang satu menggoda Ndelo. "Sering-sering ke rumah ya kaka Ndelo. Wuiii asyik betul, jadi polisi penyelamat, dapat rejeki bidadari senja dari jembatan Waiha. Lama-lama sang bidadari bilang, daripada daripada jadi isterinya si anu lebih baik jadi isterinya kaka Ndelo. Polisi ganteng sok alim kau, tapi kablinger kalau lihat gadis cantik!" Godaan itu tak dihirauaan oleh Ndelo, namun hatinya terus berbunga-bunga. ***
 Tana Kombuka, Sumba Barat Daya, 10 April 2017
Cerpen Rofinus D Kaleka
Â
Cerpen Suatu Senja di Jembatan Waiha ini,
Telah dimuat di Harian Victory News, Minggu, 23 Juli 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H