Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Bagaimana Cara Bermain Pasola

4 Februari 2018   14:07 Diperbarui: 4 Februari 2018   15:27 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Salam budaya dari Sumba Barat Daya. Hallo para sahabat Kompasiana yang mencintai pelestarian adat-istiadat dan kebudayaan daerah nusantara dimanapun berada. Mari kita tinggalkan Manado dan kembali ke Sumba Barat Daya.

Melalui artikel ini, saya ingin mengenalkan kepada para sahabat sekalian, bagaimana cara bermain Pasola di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tepatnya di wilayah suku Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya dan suku Wanukaka, Lamboya dan Gaura, Kabupaten Sumba Barat.

 Bicara tentang bagaimana cara bermain Pasola, berarti menguraikan Pasola sebagai suatu atraksi perang tradisional yang dilakukan oleh para laki-laki patriot Sumba tempo dulu dengan menunggang kuda sambil melemparkan  atau melesakkan tombak ke arah lawan.  

Pasola bukanlah perang sungguhan, tapi hanya merupakan simulasi rekonstruksi daur ulang gaya perang masa lalu. Sebagai suatu simulasi perang maka Pasola sudah lebih bersifat "hiburan" massal. Sehingga tombak yang dipakai tidak boleh tajam tapi harus tumpul. Karena tombaknya tumpul, maka disebut lembing. Masyarakat Kodi menyebutnya kapudda atau karingga. Sedangkan masyarakat, Wanukaka, Lamboya dan Gaura menyebutnya Sola.

Iven Pasola tersebut berlangsung harus sesuai dengan momentumnya, yang ditetapkan oleh otoritas penyelenggara Tradisi Nale, yaitu Rato Nale, imam adat khusus yang menata Tradisi Nale. Arena lapang Pasola pun sudah ditetapkan sejak nenek-moyang mereka. Artinya, iven Pasola tidak bisa diselenggarakan kapan saja dan di tempat mana saja.

Lalu siapa saja yang menjadi peserta Pasola? Ya para laki-laki yang sudah dewasa dan punya nyali besar. Mereka harus jago menunggang kuda dan melempar lembing dengan baik dari atas punggung kuda.

Ketika waktu penyelenggaraan iven Pasola sudah tiba, maka arena lapang Pasola akan dipadati oleh beribu-ribu warga masyarakat yang berbusana adat. Tidak ada undangan, cukup dengan pengumuman di pasar-pasar rakyat, warga masyarakat dengan sendirinya akan berbondong-bondong menuju arena lapang Pasola.

Para laki-laki yang menunggang kuda dan memangku lembing terbagi dalam dua kelompok regu atau pasukan sesuai pengelompokan Parona(kampung adat) sejak nenek-moyang mereka. Para laki-laki tersebut berbusana adat lengkap sehingga tampil layaknya pangeran. 

Kedua pasukan tersebut, menempati sisi ujung arena lapang masing-masing. Kedua sisi arena lapang lainnya dipenuhi oleh warga masyarakat sebagai penonton.

Pasola dipimpin atau di bawah komando langsung oleh Rato Nale. Sebelum Pasola dimulai, Rato Nale, mengumumkan (atau menyegarkan kembali/ulang) kepada para peserta Pasola untuk menaati larangan-larangan yaitu membawa masalah dan dendam pribadinya, menggunakan lembing yang tajam, melempar lawan yang jatuh dari kuda dan lawan yang telah membelakang. Peserta juga dilarang membawa pulang lembing ke rumahnya. Artinya dalam Pasola harus menjunjung tinggi sportivitas.

Sebagai tanda resmi dimulainya Pasola maka Ndara Nale (Kuda Nale) dengan tanda khusus di atas kepalanya yang disebut Wullu Horo (mahkota) dan ditunggang oleh orang kepercayaan Rato Nale dipacu memasuki arena lapang Pasola didampingi oleh beberapa ekor kuda sebagai dayang-dayangnya. Kuda Nale ini tidak mengelilingi arena lapang tapi hanya melintasi sekali saja secara bolak-balik dan langsung kembali ke Parona.

Serta merta setelah Kuda Nale meresmikan dimulainya Pasola, maka derap kaki kuda bergemuruh di arena lapang Pasola yang diikuti oleh pekikan khas penyemangat dari para penonton yang membahana. Pekikan para kaum laki-laki dinamakan Kayokongo dan kaum perempuan disebut Kaghilikingo. Pekikan-pekikan ini seperti bara yang membakar semangat para peserta Pasola supaya tampil gagah berani di arena lapang.

Para peserta Pasola dari masing-masing pasukan, baik sendiri maupun bersama beberapa kawan memacu kudanya dengan mengambil haluan kanan dan sampai di tengah arena lapang memutar melingkar ke kiri untuk kembali di kelompok pasukannya. Pada saat bertemu secara berhadapan di tengah arena lapang itulah, para peserta Pasola melesakkan lembingnya ke arah lawannya masing-masing.

Lemparan lembing tersebut bisa meleset dan juga bisa mengenai sasaran. Mereka yang terkena lembing bisa jatuh dari punggung kuda, luka, dan cedera. Bahkan ada juga yang buta karena matanya terkena lembing  dan tidak jarang juga ada yang sampai meninggal. Pada saat ada peserta yang terkena lembing itulah suasana Pasola makin ramai.

Mereka yang terluka, termasuk yang luka parah, akan dilarikan di Kampung Adat Mbukubani  untuk diobati secara adat. Lukanya diperciki atau disirami air dari guci keramat atau suci oleh Rato Nale. Biasanya luka akan segera kering. Konon, tempo dulu langsung sembuh.

Apakah ada hukumnya jika ada yang terluka, cedera dan meninggal dalam  arena Pasola karena terkena lembing? Hukum positif nasional tidak berlaku di arena lapang Pasola. Mereka yang naas saat itu, dpercaya karena mempunyai dosa saja dan menjadi urusan pribadi keluarganya.

Jika suasana Pasola sudah semakin panas, emosional dan brutal, maka Rato Nale akan segera menghentikannya. Hal ini ditandai pula dengan masuknya Kuda Nale di arena lapang Pasola. Dengan kehadiran Kuda Nale tersebut, serta merta semua peserta Pasola langsung berhenti dan bubar. Demikian juga para penonton akan bubar dengan sendiri.

Mereka akan kembali ke Paronanya masing-masing untuk melangsungkan prosesi pakem adat lainnya yang masih tersisa dalam perayaan tradisi nale.

Demikianlah sekadar informasi tentang bagaimana cara bermain Pasola. Semoga cukup bermanfaat sebagai ceritera untuk mengisi waktu kosong. Boleh juga sebagai dongeng sebelum tidur.

Rofinus D Kaleka *)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun