Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bila ke Manado, Jangan Lupa Jo ke Linow dan Tondano

3 Februari 2018   16:46 Diperbarui: 3 Februari 2018   16:58 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam dan Bahagia.

Hai para sahabat Kompasiana yang baik budiman.

Sesuai rencana, setelah sarapan pagi hari ketiga di Manado, kami siap-siap berangkat menuju destinasi Danau Lindow dan Danau Tondano yang terkenal di Sulawesi Utara.

Sekitar pukul delapan lewat tiga puluh menit kami mulai bertolak dengan taksi. Bukan dengan Rikhard lagi tapi dengan Johan, temannya Rikhard juga. Ternyata Johan lebih hebat lagi dalam hal komunikasi dan promosi tentang Manado dan destinasi-destinasinya.  Dalam hati saya memuji sopi-sopir di Manado karena berwawasan pariwisata.

Sebelum keluar kota Manado, kami minta Johan untuk mampir lagi di "Patung Yesus Memberkati" yang berada di puncak bukit dalam kawasan perumahan elit itu. Karena malam itu pemandangannya kurang memuaskan. Pagi itu kami lebih terpesona dan  terkagum-kagum lagi menyaksikan keindahan konstruksi pembangunan patung rohani tersebut.

Kami juga masih sempat mengambil gambar di situ. Selain itu banyak juga orang lain yang sedang foto-foto membelakangi patung Yesus tersebut.

dok. pribadi
dok. pribadi
Segera kami tinggalkan destinasi Patung Yesus memberkati menuju kedua destinasi danau tadi. Perjalanan kami diiringi hujan rintik dan sesekali juga hujan deras. Kami cukup bersemangat. Karena sopirnya sangat menggembirakan. Johan pandai menghibur dengan jok-joknya.

Danau Linow

Ketika sudah melintasi Kabupaten Tomohon, kota yang terkenal dengan aneka bunganya, Johan mengingatkan kami bahwa Danau Linow sudah dekat. "Apa kita mampir jo?" sapa Johan dalam nada tanya. "Mampir jo," jawab saya spontan, yang membuat teman-teman saya meledak tertawa.

Johan menghentikan taksinya di pelataran parkir Danau Linow, setelah melewati jalan yang cukup menanjak. Pemandangan Danau Linow yang indah dan dikelilingi habitat hutan terpampang di depan kami. Udara sejuk dan segar sangat terasa di danau itu.

dok. pribadi
dok. pribadi
Manurut Johan, air Danau Linow sering berubah warna. "Hal ini disebabkan oleh unsur belerang yang tertimbun di dasar danau. Juga oleh pengaruh bias cahaya matahari," jelas Johan.

Danau Linow tersebut dikelola oleh swasta. Ini membuktikan bahwa partisipasi swasta untuk membangun daerahnya sudah sangat baik.

Karena udaranya makin terasa dingin maka kami istirahat sebentar sambil minum kopi dan teh manis panas di restoran dekat bibir Danau Linow. Setelah foto-foto seperlunya, kami melanjutkan perjalanan ke Danau Tondano.

Danau Tondano

Dari Linow kami segera bergegas menuju Danau Tondano di Kabupaten Minahasa. Dua jam lebih perjalanan baru kami tiba di Danau Tondano. Kami segera merapat di pinggir danau dan selfi sebentar. Seluruh bibir danau ini sudah dikelilingi jalan aspal. Tampak pula banyak restoran yang berdiri di bibir danau. Memang betul kata Johan bahwa Danau Tondano adalah tempat kuliner.

dok. pribadi
dok. pribadi
Baru sekali itu saya menyaksikan danau yang sangat luas seperti lautan. Danau ini mempunyai luas total sekitar 4.278 hektar. Aneka ikan hidup di danau ini dan menjadi sumber lauk dan penghasilan masyarakat setempat, terutama para nelayan dari dua kecamatan yaitu Tombulu dan Airmadidi.

dok. pribadi
dok. pribadi
Di Tondano kami santap siang di sebuah restoran. Dari dalam restoran kami menebarkan pandangan ke arah danau. Sungguh menakjubkan. Memang karya Tuhan luar biasa indahnya.

Ketika hampir senja kami meninggalkan Danau Tondano menuju Manado. Dan sehari setelah dari Tondano, kamipun meninggalkan Manado. ***   

Rofinus D Kaleka *)  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun