Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pasola dan Religiusitas Masyarakat Sumba Barat Daya

24 Januari 2018   18:47 Diperbarui: 25 Januari 2018   15:17 2897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Sumba, khususnya Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, termasuk pada keempat suku di atas, sejak zaman nenek-moyang sampai sekarang, dikenal gemar berperang, bukan saja antarsuku namun bisa juga antarkampung adat atau antarkelompok. Perang yang terjadi bukan karena persoalan sepeleh tapi umumnya karena dua alasan mendasar, yaitu sengketa tanah dan pelecehan kaum perempuan atau memperebutkan seorang gadis untuk dijadikan isteri. Namanya saja perang, tentu menyebabkan korban baik harta maupun jiwa.

Kendati gemar berperang, masyarakat Sumba juga mempunyai solusi adat-budaya untuk dapat berdamai. Dengan perantaraan para tetua adat dengan meminta petunjuk dan restu dari Marapu, tidak ada jalan buntu menuju upaya damai. Dan perdamaian akan diwujudkan melalui suatu upacara adat, dengan korban darah hewan, seperti babi dan kerbau.

Upacara perdamaian adat dalam perang skala besar seperti antarsuku, antarkampung adat dan antarkelompok pada masa dahulu, dilaksanakan selepas masa panen. Karena pada saat-saat seperti itulah dapat tersedia bahan makanan yang cukup dan ternak peliharaan yang layak untuk korban perdamaian adat.

Pelaksanaan Pasola pada puncak masa panen dan melibatkan masyarakat dalam satu wilayah komunitas suku, kiranya bukan hanya kebetulan belaka jika bersamaan dengan masa waktu yang tepat untuk menyelenggarakan perdamaian adat. Sebab dilihat dari kuda-kuda yang digunakan dihiasi secara indah, lembing yang dipakai tumpul dan dipoles dengan warna (kambora), aturannya yang wajib menjunjung tinggi sportivitas, orang-orang yang menunggang kuda dan penonton berbusana adat lengkap rapih dan diawasi langsung oleh Imam Marapu Nale yang disebut Rato Nale, mempertontonkan secara jelas bahwa Pasola merupakan simbol perdamaian adat massal yang perlu diungkapkan dengan ekpresi penuh kegembiraan dan rasa syukur kepada Marapu. Di sini Pasola sungguh-sungguh mengekspresikan secara simulatif dan impresif bahwa "damai itu indah".

 

Oleh Rofinus D Kaleka

Pemerhati Sosial, Tinggal di Kabupaten Sumba Barat Daya

 

Jadwal penyelenggaraan Pasola tahun 2018 di Kabupaten Sumba Barat Daya sebagai berikut :

  • Pasola Homba Kalayo, Waikaninyo, Kecamatan Kodi Bangedo, tanggal 7 Februari 2018
  • Pasola Bondo Kawango, Kecamatan Kodi, tanggal 9 Februari 2018
  • Pasola Rara Winyo, Kecamatan Kodi, tanggal 10 Februari 2018
  • Pasola Maliti Bondo Ate, Kecamatan Kodi Bangedo, tanggal 8 Maret 2018
  • Pasola Wai Ha, Kecamatan Kodi Balaghar, tanggal 9 Maret 2018
  • Pasola Wainyapu, Kecamatan Kodi Balaghar, tanggal 10 Maret 2018

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun