Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebulan Berlayar di Samudera Kompasiana

14 Januari 2018   13:29 Diperbarui: 14 Januari 2018   13:31 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Karena saya bisa menulis, maka saya melakukan kritik sangat sarkastis terhadap karya-karya beliau, yang barangkali juga bernuansa menyerang pribadinya secara berlebihan. Tulisan tersebut saya kirim ke redaksi Harian Kompas, tapi tidak dimuat dan tidak pernah kembali lagi sampai saya meninggalkan Yogyakarta. Biasanya redaksi Harian Kompas akan mengembalikannya jika tidak sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Mungkinkah ada keluarga beliau di Harian Kompas waktu itu dan merasa tersinggung? Masa sih!

Walaupun sempat berpikir agak negatif demikian itu, saya tetap yakin bahwa redaksi Harian Kompas selalu mengedepankan obyektivitas dan mutu tulisan. Sehingga saya pun tetap terus berjuang menulis dan mengirimkan tulisan ke Harian Kompas sampai dengan 1998, walaupun tidak ada yang dimuat lagi.

Setelah berada di Sumba, kampung halaman saya, saya masih sempat mengirim tulisan, jumlahnya di bawah sepuluh buah, di Harian Kompas, sampai dengan 1999. Tidak ada juga yang dimuat. Kemudian karena kondisi di kampung waktu itu sama sekali tidak mendukung untuk menulis, tidak ada listrik, komputer, telepon, motor dan jauh dari Kantor Pos, maka saya tenggelam sudah dalam kerja praktis ekonomi, termasuk bertani, untuk mempertahankan hidup. Tidak pernah lagi menulis opini, resensi buku, dan puisi sampai dengan awal tahun 2017. Memang saya masih sempat menulis ulang beberapa ceritera rakyat, seperti Rangga Mone dan Anjing Ajaib, yang telah saya posting di Kompasiana ini.

Di awal 2017, karena ada wartawan dari media massa lokal, yang dekat dengan saya dan suka berkonsultasi, maka kembali lagi saya mulai menulis opini dan juga belajar menulis cerpen, baik untuk tabloid mingguan yang ada di daratan Sumba maupun beberapa koran di Kupang. Tidak lupa pula saya mengirimkan tulisan ke redaksi Harian Kompas, walaupun sampai saat ini belum ada juga yang dimuat.

Mulai menggeluti kembali dunia menulis, setelah lebih dari sepuluh tahun pensiun hampir total, sungguh bukan pekerjaan yang gampang. Kira-kira, rasanya seperti orang sakit yang baru keluar opname. Masih butuh penyesuaian lagi.

Ketika semangat saya belum cukup pulih untuk kembali menulis, saya bertemu dengan seorang kawan yang memperkenalkan kepada saya tentang Kompasiana. Ia bahkan mengajari saya bagaimana caranya mengakses Kompasiana.

Teman itu seperti dewa penolong yang menyuntikkan energi baru kepada saya. Saya tertarik dengan Kompasiana dan mulai belajar mengaksesnya. Begitu Kompasiana menerima saya sebagai Kompasianer dan mulai melempar satu buah tulisan, kemudian langsung diunggah, maka rasanya saya seperti sedang dibopong atau digendong oleh malaikat untuk segera nDodong la Parona Kompas (Mudik ke Kampung Adat Kompas). Saat ini saya merasa sudah berada di mBala mBinya Atur Parona Kompas (Pintu Gerbang Pagar Kampung Adat Kompas).

Dengan impresi demikian itu, saat ini semangat saya untuk menulis  sepertinya sedang membara. Selama sebulan ini, saya sungguh-sungguh seperti puber lagi untuk aktif berpikir dan menulis. Setiap hari, terutama saat malam, selalu tidak lupa berlayar di Samudera Kompasiana. Sungguh,  ini nyata. Nyata dan memang sungguh-sungguh. Mudah-mudahan saya akan segera menghampiri atau merapat di emperan Parona Kompas, yang saya banggakan dan saya cintai. Sebuah Parona, komunitas para cerdik-pintar atau cendekiawan, dengan motto Kata Hati Mata Hati.

Terima kasih Kompasiana. Semoga Tuhan Memberkati seluruh Pengelolanya supaya tetap berada dalam kondisi sehat-walafiat.

Rofinus D Kaleka *)

Pemerhati sosial politik, tinggal di Sumba Barat Daya **)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun