Pertanyaan Alfredo itu, tentu saja tidak bisa saya jawab. Kami berdua kemudian berdiskusi dan mereka-reka, jangan sampai pernah terjadi tsunami atau gunung api yang meletus di tengah laut di sisi utara Pantai Halete. Tapi kami juga ragu, karena kalau akibat tsunami dan gunung meletus, mengapa hanya di sekitar pantai itu saja yang ada batu lempeng. Mengapa di beberapa ruas pantai di wilayah utara Sumba Barat Daya itu, tidak ada juga batu lempeng yang sama. Akhirnya, kami berdua berkesimpulan, bahwa di samping meyakini bahwa itu adalah keajaiban Tuhan Yang Maha Kuasa, barangkali juga perlu mengajak ahli geologi untuk mempelajarinya.
Pantai Halete ini terletak di Desa Hameli Ate, Kecamatan Kodi Utara. Jaraknya dari Tambolaka tidak jauh. Jika jalan Pantai Utara sudah selesai diaspal, maka bisa ditempuh hanya dalam waktu dua puluh menit saja. Sayang sekali, jika pantai seunik ini tidak dikunjungi oleh para wisatawan, terutama wisatawan minat khusus yang meminati ekoturisme.
Saat itu kami hanya sampai siang hari. Di samping karena angin yang cukup kencang, kami khawatir juga akan diguyur hujan. Setelah santap siang dengan lauk ayam panggang, yang kami panggang sendiri di bibir Pantai Halete, kami pun segera pulang.
Jika ada di antara pembaca yang hendak datang di Sumba Barat Daya, jangan lupa juga main ke Pantai Halete ya.
(Rofinus D Kaleka)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H