Masyarakat Jawa khusunya Kabupaten Malang memiliki adat pembuatan Jenang Ketan ketika hajatan seperti Nikahan maupun Khitan.
Jenang Ketan adalah salah satu makanan khas yang unik dan tidak akan hilang keberadaannya, Â dalam artian Jenang Ketan ini pasti dibuat ketika musim hajatan tertentu sehingga Jenang Ketan ini dijuluki Jenang Ketan permanen keberadaannya.Â
Kabupaten Malang merupakan pelopor dan salah satu wilayah yang mempertahankan adat pembuatan Jenang Ketan ini.Â
Jenang Ketan tergolong jajanan mewah karena termasuk jajanan mahal, Â dari bahannya pun sudah bisa dilihat kalau jajanan Jenang Ketan ini istimewa, adapun bahan-bahannya yakni beras ketan, gula merah dan santan.
Tahap awal proses pembuatan Jenang Ketan yakni memasak santan kelapa hingga mendidih sampai berminyak. Proses ini dilakukan secara terus menerus dan sampai menyisakan blondonya (santan yang berubah warna menjadi coklat dan mengepal).Â
Selanjutnya gula merah yang sudah dicairkan dimasukan secara perlahan-lahan ke dalam kenceng atau dalam istilah lain  wajan besar. Kebanyakan wajan yang digunakan dalam pembuatan Jenang Ketan terbuat dari tembaga.
Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama bahkan hingga 10 jam. Semakin matang Jenang Ketan pengadukannya semakin berat.
Dalam pengadukan membutuhkan tenaga yang ekstra karena tidak cukup 1 sampai 2 orang, bahkan bisa sampai 15 sampai 20 orang secara bergantian dengan 2 orang berpasang-pasangan.
Karena bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan Jenang Ketan ini tidak sedikit dan memerlukan biaya yang besar serta lamanya proses pembuatannya membuat nilai jual cukup tinggi.
Meskipun demikian sebagian besar kalangan masyarakat menyukai Jenang Ketan sehingga tidak memperdulikan harga yang cukup tinggi.
Ayo,, Â Sahabat Kompasianer sudah pernah mecoba makan Jenang Ketan Belum!!
Imam Rofi'i
Malang, 30 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H