"Critical Thinking has the potential to be a deeply creative process." (Pemikiran Kritis berpotensi menjadi proses yang sangat kreatif.)--- Pearl ZhuÂ
Suatu masalah ataupun pekerjaan akan terselasaikan melalui proses berpikir. Begitupun dengan proses pembelajaran pada anak, di mana terdapat salah satu Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir atau disebut dengan SPPKB.Â
Menerapkan SPPKB kepada anak didik yakni guru mengarahkan anak untuk menelaah masalah berdasarkan pada fakta atau pengalamannya.Â
Melalui penerapan SPPKB anak juga akan digiring untuk dapat mengingat dan memahami fakta maupun konsep serta bagaimana hal tersebut dapat dijadikan alat guna melatih kemampuan berpikir anak ketika memecahkan permasalahan.Â
Ketika menjumpai permasalahan pada materi pembelajaran, daya pikir anak akan dituntun oleh guru sehingga anak mampu mengaitkan permasalahan yang ada pada teori dalam pembelajaran dengan pengalaman anak. SPPKB memiliki beberapa karakteristik, antara lain:Â
- Pembelajaran dengan SPPKB memacu pada proses mental anak didik.Â
- Pembelajaran melalui SPPKB menerapkan sesi dialog maupun tanya jawab dengan anak didik. Ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir anak, di mana kemampuan berpikir nantinya akan mengantarkan anak didik dalam memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi secara mandiri.Â
- SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang bersandar pada dua aspek, yakni proses belajar dan hasil belajar. Kedua aspek tersebut sama-sama pentingnya, di mana proses belajar memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan hasil belajar diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau dalam penguasaan materi pembelajaran yang baru bagi anak.Â
Dalam penerapan SPKKB terdapat beberapa tahap yang perlu diketahui, yakni:Â
1. Tahap Orientasi
Tahap orientasi adalah tahap di mana guru mengondisikan anak didiknya dalam posisi siap melakukan pembelajaran.Â
Pada tahap ini hal pertama yang dilakukan adalah guru memberi penjelasan terkait tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan tentang penguasaan materi pembelajaran maupun tujuan tentang proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dikuasai anak didik.Â
Kemudian langkah selanjutnya, yaitu guru memberi penjelasan kepada anak didik tentang apa saja yang dilakukan dalam setiap proses pembelajaran.Â
2. Tahap PelacakanÂ
Tahap ini merupakan tahap di mana guru beserta anak didik melakukan pendekatan terhadap permasalahan dari sisi fakta ataupun pengalaman.Â
Pada tahap ini pula guru melakukan dialog atau tanya jawab dengan anak didiknya untuk mengetahui pengalaman apa saja yang dimiliki anak yang sesuai dengan tema atau materi pembelajaran yang dibahas.Â
3. Tahap Konfrontasi
Tahap ini adalah tahap di mana mulai dihadirkannya permasalahan yang akan diselesaikan yang sesuai dengan tingkat kemampuan serta pengalaman anak didik.Â
4. Tahap Inkuiri
Tahap ini merupakan tahap terpenting sebab pada tahap inkuiri anak didik akan belajar berpikir sesungguhnya, yakni anak diajak untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Maka pada tahap inkuiri, guru perlu memberi kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan ide yang dapat digunakan dalam upaya pemecahan permasalahan.Â
Anak didik dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada guru, begitu pula dengan guru yang harus menumbuhkan rasa keberanian dan percaya diri anak agar dapat menjelaskan, menyampaikan fakta sesuai pengalamannya, menyampaikan ide-ide untuk pemecahan permasalahan.Â
5. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi yakni tahap di mana terbentuknya pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini guru melakukan dialog dengan anak didik serta mengarahkan anak untuk dapat menyimpulkan apa yang ditemukan dan dipahami anak terkait topik permasalahan.Â
Tahap ini juga dapat disebut sebagai tahap pemantapan hasil belajar karena pada tahap akomodasi anak diarahkan agar dapat mengulas pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.Â
6. Tahap TransferÂ
Tahap transfer adalah tahap disajikannya permasalahan baru yang setara dengan permasalahan yang sudah diberikan sebelumnya. Tahap ini bertujuan agar anak didik mampu mentransfer kemampuan berpikirnya untuk pemecahan permasalahn baru. Hal yang dapat dilakukan guru dalam tahap ini adalah memberikan tugas yang berkaitan dengan topik yang dibahas.Â
Tanpa disadari membangun keterampilan berpikir kritis pada anak sudah sering dilakukan melalui interaksi anak dengan orang tua dalam kegiatan sehari-hari. Berikut ini adalah upaya yang dapat dilakukan orang tua guna membantu anak dalam membangun kemampuan berpikir kritis:Â
Berikan jeda dan tunggu: berikan anak waktu yang cukup untuk berpikir, seperti mencoba menyelesaikan tugas atau dalam menyampaikan argumentasinya. Ini memberikan kesempatan pada anak agar dapat merenungkan atau memikirkan tanggapan yang akan disampaikan, daripada ia merespon dengan reaksi pertamanya.Â
Jangan langsung campur tangan: hal yang perlu dilakukan orang tua yakni menunggu dan memerhatikan anak sebelum terjun dan ikut campur dalam pemecahan permasalahan.
Ajukan pertanyaan terbuka: seringkali orang tua langsung memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan anak. Padahal orang tua dapat memberikan pertanyaan balik kepada anak, ini bertujuan untuk melatih anak berpikir kritis.Â
Namun demikian orang tua juga harus tetap menghargai tanggapan anak.Â
Bantu anak mengembangkan hipotesis: ketika anak bermain luangkan waktu untuk membentuk hipotesis. Ini juga merupakan latihan keterampilan berpikir kritis bagi anak.Â
Mendorong pemikiran dengan cara baru dan berbeda: beri kesempatan anak untuk berpikir berbeda, di mana hal ini juga dapat mengasah keterampilan anak dalam pemecahan permasalahan secara kreatif.
Salam hangat, semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H