Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jangan Anggap Remeh Pengenalan Gender pada Anak!

13 Oktober 2021   23:11 Diperbarui: 13 Oktober 2021   23:25 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah gender ini mungkin sudah tidak asing di telinga kita. Menurut Santrock (2002) dalam Ramtia (53: 2019) menyebutkan bahwa peran gender merupakan sebuah harapan yang berisi tentang bagaimana seharusnya seorang laki-laki atau perempuan itu berpikir, bertindak, dan merasa. 

Definisi lain diungkapkan Woman's Studies Encyclopedia (Umar, 2003) dalam Ramtia (52: 2019) bahwa yang dimaksud dengan gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. 

Dengan demikian, gender adalah sebuah kesadaran seseorang bahwa dirinya laki-laki atau perempuan serta kemampuan dalam menyadari perbedaan tindakan yang semestinya dilakukan antara laki-laki dan perempuan.

Gender diklasifikasikan menjadi tiga: 

  1. Gender Biology: jantan (male) dan betina (female)
  2. Gender identity: Identifikasi pribadi (perasaan psikologis) pria dan wanita. Namun ada pula yang mengalami gangguan identitas gender (transgender)
  3. Gender expression: karakteristik dan perilaku seseorang yang dapat dilihat sebagai maskulin, feminin, campuran keduanya atau tidak keduanya.

Klasifikasi gender expression disebut sebagai anak dengan karakteristik androgini. Anak dengan karakteristik tersebut akan lebih fleksibel dan sehat mental serta lebih kompeten daripada anak yang maskulin atau feminin. 

Saya jadi teringat dengan diri saya beberapa tahun yang lalu, sekitar usia TK-SD. Di usia tersebut saya sangat menyukai barang-barang, gaya, atau apapun itu yang berbau laki-laki. Biasanya orang menyebutnya tomboy. Namun, saya tetap menyadari bahwa diri dan peran saya adalah sebagai perempuan.

 Hal ini mulai sedikit pudar ketika saya menginjak bangku MA. Saya juga mulai memahami bagaimana peran seorang perempuan sebenarnya.  

Bagi orang tua dan calon orang tua jangan sampai menyepelekan pengenalan peran gender serta pendidikan seksualitas pada anak. Berikan pengetahuan tentang hal tersebut sejak anak usia dini. Demikian itu merupakan salah satu upaya dalam mendukung dan menstimulasi perkembangan anak dengan baik. Selain itu juga mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam perkembangan anak ke depannya. 

Sekian, semoga bermanfaat!

Referensi:

Putri, Ramtia Darma. 2019. Budaya Adil Gender Pada Pendidikan Anak Usia Dini Melalui Bermain Peran. JUANG: Jurnal Wahana Konseling. Vol. 2, No. 1, Halaman 48-59

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun