Dewasa ini di antara kita mungkin sering menjumpai orang yang dalam bahasa Jawanya disebut gupuh. Tidak jauh-jauh, saya ambil contoh diri saya sendiri. Ketika awal masuk semester satu di bangku perkuliahan setiap harinya saya merasa dikejutkan dengan adanya tugas yang begitu banyak.Â
Selalu gupuh sebab merasa dikejar dateline.Â
Belum lagi ketika sedang mendiskusikan materi dengan beberapa teman dan banyak muncul opini yang berbeda. Seketika itu saya merasa terpengaruh dengan opini yang ada serta gupuh yang selalu mengiringi pikiran saya.Â
Ternyata hal seperti ini merupakan salah satu jenis temperamen. By the way, ada berapa sih jenis temperamen itu?Â
- Sanguinis:Â sifat dasar sanguinis ini seseorang dapat dengan mudah menerima pengaruh dari luar dan langsung masuk ke dalam pikiran dan perasaan. Sehingga membuat ia akan menampakkan respon yang meledak-ledak. Hal tersebut karena sanguinis lebih mengedepankan persaan daripada pikiran dalam menentukan sebuah keputusan. Dengan kata lain sanguinis bisa diibaratkan sebagai sumbu pendek.Â
- Kolerik: sifat dasar yang dimiliki ialah kemauan yang keras atau ambisius. Seorang kolerik akan menempatkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang dominan, tidak mempedulikan orang lain, dan sikap empati sangat sulit diekspresikan. Dia akan terus mendorong orang di sekitarnya untuk terus maju.
- Melankolis: sifat dasar melankolis adalah sangat sensitif yang membuat ia mudah emosi dalam keadaan apapun. Ditambah dengan sifat perfeksionisnya yang akan menambah tingkat sensitif melankolis. Ketika terdapat masalah yang berat dia bisa berubah menjadi sosok yang murung dan depresi pada masa itu semua sifatnya akan berubah.Â
- Phlegmatis: jenis ini memliki sifat bawaan yang tenang dan mudah meredam amarah. Ketika terdapat permasalahan akan memilih diam dan dingin. Tempramen jenis ini merupakan salah satu jenis tempramen yang palaing pandai mengatur emosi sehingga tidak mudah meledak-ledak.Â
Itulah tiga pola temperamen pada anak dan beberapa jenis temperamen yang ada pada setiap individu. Bagi orang tua alangkah baiknya mengetahui temperamen anak sejak dini.Â
Hal ini bisa dilihat ketika anak berusia 12 bulan, yakni ketika anak mulai mengenal orang selain anggota keluarganya. Temperamen ini kelak menjadi inti dari perkembangan kepribadian setiap anak, maka orang tua perlu menerapkan pola asuh yang sesuai dengan temperamen anak.Â
Semoga sedikit dari saya dapat bermanfaat bagi teman-teman pembaca!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H