2. Genetik
Berdasarkan penelitian Dearbon (1929), ditemukan bahwa orang yang dengan riwayat keluarga (family trees) buta huruf, akan cenderung memiliki keturunan yang beresiko buta huruf pula. Buta huruf itu yang saat ini kita kenal dengan disleksia. Hal ini kemudian mulai terbukti secara medis, bahwa disleksia diturunkan dari generasi ke generasi melalui faktor hereditas.
3. Masalah Visual dan Pendengaran
Masalah visual dan pendengaran merupakan masalah diluar faktor hereditas sebagai penyebab disleksia. Pada beberapa kasus, para penderita disleksia kesulitan untuk membaca sebab terdapat masalah pada fungsi visual, seperti pergerakan mata yang tidak fokus, masalah pada retina mata, serta masalah pada saraf-saraf yang menghubungkan mata dan otak sehingga tulisan yang dilihat tidak dapat diterjemahkan dengan benar pada bagian otak. Masalah ini sering kali muncul pada penderita disleksia yang kesulitan membaca dan menulis. Beberapa penderita disleksia juga bermasalah pada bagian pendengaran sehingga bunyi-bunyi dari setiap huruf yang ditangkap akan diterjemahkan secara berbeda. Masalah ini sering kali muncul pada penderita disleksia yang kesulitan untuk mengeja.
Dilansir dari laman alodokter bahwa disleksia tergolong gangguan saraf pada bagian otak yang memroses bahasa, dan dapat dijumpai pada anak-anak atau orang dewasa. Meskipun penderita disleksia kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan seseorang.
Referensi :
Solso, R.L., Maclin, M.K., & Maclin, O.H. (2008). Psikologi Kognitif, edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H