Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kreativitas dalam Keterampilan Dasar Mengajar

30 November 2020   12:03 Diperbarui: 30 November 2020   12:33 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah hal kreatif yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam pengajaran dan perkembangan anaknya adalah, saya ambil contoh kakak saya sendiri. Kakak saya yang saat ini memiliki anak berusia 8 bulan, dan kakak saya mengikuti sebuah komunitas yang bernama Ibu Profesional. Ibu profesional adalah komunitas para Ibu dan calon ibu yang ingin meningkatkan kualitas diri sebagai seorang perempuan, seorang istri dan seorang ibu. 

Dalam komunitas tersebut terdapat sebuah Program Bunda Sayang. Program Bunda Sayang adalah program pembelajaran yang  diikuti oleh para Ibu Profesional yang sudah lulus Matrikulasi. 

Kelas ini mengajak para ibu dan calon ibu untuk terus belajar bagaimana mendidik anak dengan mudah dan menyenangkan. Disampaikan dalam 12 kali tatap muka dengan berbagai tantangan setiap bulannya. Saat ini sudah ada beberapa tema yang telah dilewati kakak saya, diantaranya adalah komunikasi produktif, melatih kemandirian anak, dan cerdas emosional dan spiritual. 

Pada setiap tema tersebut kakak saya mendapat challenge atau tantangan tentang bagaimana dan hal apa saja yang harus dilakukan untuk memunculkan respon dari anaknya dengan tema yang berkaitan. Sehingga kakak saya harus selalu mencari dan memunculkan ide-ide kreatif baru yang akan diberikan serta diajarkan untuk anaknya. Selain untuk pembelajaran, hal ini juga dapat dilakukan untuk memantau perkembangan anak setiap bulannya. 

Berbicara tentang keterampilan dasar mengajar, maka berkaitan dengan holistic education. Apa itu holistic education?

Holistic education atau Pendidikan holistik merupakan filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitias, makna, dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Miller, dkk., (2005) dalam Heri Widyastono (2012: 469) merumuskan bahwa pendidikan holistik adalah pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi siswa secara harmonis (terpadu dan seimbang) , meliputi potensi intelektual (intellectual), emosional (emotional), phisik (physical), sosial (sosial), estetika (aesthetic), dan spiritual. 

Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis, dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, siswa diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be), dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, dan belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya. 

Salah satu hal kreatif yang berhubungan dengan holistic education yang dapat dilakukan guru adalah melakukan pembelajaran berbasis alam. Sehingga anak akan menemukan makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat serta lingkungan alam. Dengan pembelajran berbasis alam anak akan dengan mudah menerima serta memahami setiap pengetahuan apabila melihat secara langsung objek belajarnya. Sesuai ungkapan Miller (1996) dalam Betty Yulia Wulansari (2016: 24) bahwa anak belajar melalui interaksi dengan alat pembelajaran. 

Mengajak anak untuk melakukan pembelajaran di kebun binatang contohnya, maka anak akan mengetahui secara jelas bagaimana sih gajah itu? bagaimana jerapah itu?  karena ketika pembelajaran di dalam kelas anak hanya mengetahui objek-objek binatang melalui gambar saja.

Melalui pembelajaran berbasis alam juga anak akan memulai berinteraksi secara luas dengan orang di sekitarnya dan hal ini akan meningkatkan rasa sosial pada anak. Bahwasannya dengan bersosialisasi dipercaya dapat meningkatkan kecerdasan anak.   

Referensi  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun