Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kreativitas dalam Keterampilan Dasar Mengajar

30 November 2020   12:03 Diperbarui: 30 November 2020   12:33 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sebuah kreativitas akan muncul ketika kita ingin tahu, dan terus mencari tahu tentang objek yang ditekuni"

Guru merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran anak di sekolah. Apabila di rumah, orang tua juga turut berperan penting dalam sebuah proses belajar dan perkembangan anaknya. Dalam mendidik dan mengajari anak diperlukan yang namanya kreativitas. Kreativitas ini juga dapat dikatakan sebagai keterampilan dasar dalam mengajar. 

Pada umumnya yang kita ketahui, kreativitas hanya berhubungan dengan suatu produk hasil kreasi. Makna kreativitas sebenarnya tidak terbatas pada hal itu saja. Menurut Clark Monstakis kreativitas dianggap sebagai sebuah pengalaman seseorang saat mengaktualisasikan diri dalam bentuk hubungan antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar. Sedangkan dalam KBBI, makna kreativitas adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan. 

Dalam proses pembelajaran dan mengajari anak ditambah dengan berkembang pesatnya sebuah ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membuat guru diharuskan selalu memiliki kreasi serta ide-ide baru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini agar pengajaran oleh guru dapat berjalan secara berkesinambungan dan tetap bermutu serta kreatif. Dengan hal tersebut juga, maka anak akan tertarik serta antusias dalam mengikuti pembelajaran. 

Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan guru dalam proses pebelajaran anak didiknya?

1. Permainan
Guru dapat membuat selingan dalam pembelajaran dengan sebuah permainan. Terutama pada pembelajaran anak. Mengingat sifat anak yang mudah bosan, maka dengan sedikit permainan dapat menarik minat anak untuk mengikuti pembelajaran yang terselenggara. 

2. Inovasi
Guru dapat memunculkan sebuah inovasi atau hal baru untuk pengajaran kepada anak didiknya. Sehingga anak akan tertarik dengan hal baru yang diberikan guru dalam proses pembelajarannya. 

3. Menciptakan suasana kelas yang aman dan nyaman
Salah satu contoh menciptakan kelas yang nyaman adalah dengan mengatur tempat duduk semenarik mungkin. Tempat duduk bisa diatur secara berkelompok, dengan ini juga dapat melatih anak untuk belajar berdiskusi dengan sesamanya. Sehingga terciptalah kondisi kelas nyaman dan menarik anak untuk mengikuti pembelajaran. 

4. Self Learning
Guru dapat menggunakan teknik Mind Mapping dalam melakukan kegiatan self-learning. Pada dasarnya, guru menyediakan satu topik besar yang harus dikembangkan lagi oleh anak didik. Anak didik dibebaskan untuk membahas topik sedetil mungkin dari sudut apapun. Pada akhirnya, hasil mind mapping dari setiap anak bisa melengkapi satu sama lain. 

Itulah beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam menarik minat belajar anak didiknya. Selain empat hal diatas, masih banyak lagi hal-hal kreatif yang dapat dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran dan pengajaran anak didiknya. 

Sebuah hal kreatif yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam pengajaran dan perkembangan anaknya adalah, saya ambil contoh kakak saya sendiri. Kakak saya yang saat ini memiliki anak berusia 8 bulan, dan kakak saya mengikuti sebuah komunitas yang bernama Ibu Profesional. Ibu profesional adalah komunitas para Ibu dan calon ibu yang ingin meningkatkan kualitas diri sebagai seorang perempuan, seorang istri dan seorang ibu. 

Dalam komunitas tersebut terdapat sebuah Program Bunda Sayang. Program Bunda Sayang adalah program pembelajaran yang  diikuti oleh para Ibu Profesional yang sudah lulus Matrikulasi. 

Kelas ini mengajak para ibu dan calon ibu untuk terus belajar bagaimana mendidik anak dengan mudah dan menyenangkan. Disampaikan dalam 12 kali tatap muka dengan berbagai tantangan setiap bulannya. Saat ini sudah ada beberapa tema yang telah dilewati kakak saya, diantaranya adalah komunikasi produktif, melatih kemandirian anak, dan cerdas emosional dan spiritual. 

Pada setiap tema tersebut kakak saya mendapat challenge atau tantangan tentang bagaimana dan hal apa saja yang harus dilakukan untuk memunculkan respon dari anaknya dengan tema yang berkaitan. Sehingga kakak saya harus selalu mencari dan memunculkan ide-ide kreatif baru yang akan diberikan serta diajarkan untuk anaknya. Selain untuk pembelajaran, hal ini juga dapat dilakukan untuk memantau perkembangan anak setiap bulannya. 

Berbicara tentang keterampilan dasar mengajar, maka berkaitan dengan holistic education. Apa itu holistic education?

Holistic education atau Pendidikan holistik merupakan filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitias, makna, dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Miller, dkk., (2005) dalam Heri Widyastono (2012: 469) merumuskan bahwa pendidikan holistik adalah pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi siswa secara harmonis (terpadu dan seimbang) , meliputi potensi intelektual (intellectual), emosional (emotional), phisik (physical), sosial (sosial), estetika (aesthetic), dan spiritual. 

Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis, dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, siswa diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be), dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, dan belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya. 

Salah satu hal kreatif yang berhubungan dengan holistic education yang dapat dilakukan guru adalah melakukan pembelajaran berbasis alam. Sehingga anak akan menemukan makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat serta lingkungan alam. Dengan pembelajran berbasis alam anak akan dengan mudah menerima serta memahami setiap pengetahuan apabila melihat secara langsung objek belajarnya. Sesuai ungkapan Miller (1996) dalam Betty Yulia Wulansari (2016: 24) bahwa anak belajar melalui interaksi dengan alat pembelajaran. 

Mengajak anak untuk melakukan pembelajaran di kebun binatang contohnya, maka anak akan mengetahui secara jelas bagaimana sih gajah itu? bagaimana jerapah itu?  karena ketika pembelajaran di dalam kelas anak hanya mengetahui objek-objek binatang melalui gambar saja.

Melalui pembelajaran berbasis alam juga anak akan memulai berinteraksi secara luas dengan orang di sekitarnya dan hal ini akan meningkatkan rasa sosial pada anak. Bahwasannya dengan bersosialisasi dipercaya dapat meningkatkan kecerdasan anak.   

Referensi  

1. Wulansari, Betty Y, & Sugito. 2016. Pengembanagn Model Pembelajaran
         Berbasis Alam Untuk Meningkatakan Kualitas Proses Belajar Anak Usia
         Dini. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 3,
         Nomor. 1, Hal 16 -- 27.  

2. Widyastono, Herry. 2012. Muatan Pendidikan Holistik Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Hal 467-476.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun