Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perhatikan Perkembangan Kognitif Si Anak Yuk!

4 Oktober 2020   15:33 Diperbarui: 4 Oktober 2020   15:39 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebanyakan orang tua mungkin hanya memandang pertumbuhan anaknya, dimana pertumbuhan ini orientasinya dengan fisik saja. Sebenarnya selain pertumbuhan ada yang harus diperhatikan oleh orang tua, yaitu perkembangan kognitif yang mana perkembangan ini berorientasi dengan masalah psikologis pada si anak.    

Jadi, apa sih perkembangan kognitif itu?

Kognitif atau kognisi merupakan keyakinan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir mengenai seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa.

Perlu diketahui oleh orang tua bahwa perkembangan kognitif setiap anak berbeda-beda dan ada tahapannya loh.. Seorang psikolog Swiss bernama Jean Piaget mengembangkan sebuah teori tentang perkembangan kognitif anak. Teori yang dikemukakan oleh Piaget ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1952, teori ini berprinsip bahwa perkembangan kognitif mempunyai empat tahap yang berbeda. 

Apa saja tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut ? 

1. Sensorimotor
Tahapan ini dialami oleh bayi yang baru lahir, yaitu pada usia 0-24 bulan atau 2 tahun. Di awal perkembangan ini si anak masih belum bisa memperkirakan antara keinginan, kebutuhan, ataupun kepentingan orang lain, sehingga merekan dianggap egosentris.

2. Praoperasional
Tahap ini terjadi pada anak berusia 2-7 tahun, pada tahap ini pula anak mulai bisa menerima rangsangan walau masih sangat terbatas.
Si anak masih terbilang egosentris, karena mereka hanya mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang diri sendiri dan masih kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Namun mereka sudah bisa mengelompokkan objek menggunakan satu ciri, seperti contoh mengumpulkan benda yang berwarna merah, meskipun bentuknya berbeda.

Ciri-ciri pada tahapan ini adalah si anak mulai bisa menggunakan operasi mental yang jarang dan secara logika kurang memadai.

3. Operasional Konkret
Tahap yang dialami anak pada usia 7-11 tahun, di tahap ini si anak sudah mampu melakukan pengurutan dan klasifikasi terhadap objek maupun  situasi tertentu, dalam kemampuan mengingat dan berpikir secara logis pun juga semakin meningkat. Si anak sudah mampu memahami konsep sebab-akibat secara rasional dan sistematis sehingga ia sudah mulai bisa belajar matematika dan membaca, serta sifat egosentris pada si anak mulai menghilang secara perlahan, si anak sudah mampu melihat suatu masalah atau kejadian dari sudut pandang orang lain. 

4. Operasional Formal
Tahap ini dimulai ketika si anak usia 11 tahun, anak sudah mampu berpikir secara abstrak dan menguasai penalaran. Si anak dapat menarik kesimpulan dari informasi yang ada, ia juga dapat memahami konsep yang bersifat abstrak seperti cinta dan nilai. Selain itu juga bisa melihat kenyataan tidak selalu hitam dan putih, namun juga ada gradasi abu-abu di antaranya. Kemampuan ini sangat penting, karena dapat membantu si anak melewati masa peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau dunia nyata. 

Dikarenakan perkembangan kognitif setiap anak berbeda-beda, maka ada beberapa cara atau stimulus yang tepat agar kemampuan kognitif yang dimiliki si anak dapat berkembang secara baik. Orang tua dapat memberikan stimulus pada si anak sebagai berikut : 

1. Berhitung
Mengajarkan berhitung kepada si anak agar tidak membosankan, orang tua bisa mengaplikasikan dengan mengajak si anak untuk menghitung mainan yang dimilikinya. Dengan demikian si anak akan bersemangat dalam belajar berhitung. 

2. Bermain Puzzle
Dengan bermain puzzle akan membantu proses berpikir pada si anak. Aktivitas ini mengajarkan si anak berpikir secara strategis, sebab dalam bermain puzzle si anak akan mempertimbangkan berbagai cara agar puzzle bisa tersusun dengan sempurna.

3. Bermain Peran
Permainan ini melatih si anak dalam kemampuan motorik dan imajinasinya. Selain itu juga dapat mengasah logika, memperkaya koskata, serta mengenalkan beragam karakter pada si anak. 

4. Bermain Musik dan Bernyanyi
Musik dapat dijadikan sebagai media untuk menyampaikan pesan yang positif bagi si anak. Si anak pun juga dapat berlatih irama serta ketukan melalui bunyi dari beberapa alat musik. 

5. Membaca Buku
Membacakan buku pada si anak dapat menambah kosakata baru baginya, serta dapat melatih kemampuan verbal dan berbahasa si anak. Sehingga bisa menstimulasi anak dalam berbicara. 

Perkembangan kognitif pada anak penting untuk diperhatikan karena akan berdampak bagi si anak itu sendiri, yakni agar anak mampu melatih ingatan atau memorinya terhadap suatu kejadian dan peristiwa yang telah dialaminya. Selain itu agar anak mampu memahami setiap simbol-simbol yang ada di lingkungan sekitarnya, agar anak mampu bernalar baik itu secara alamiah maupun ilmiah, dan agar anak mampu mengatasi persoalan hidup yang dihadapinya sehingga si anak diharapkan mampu menjadi penolong bagi dirinya sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun