Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terjebak di Toilet SPBU Kuningan

27 Oktober 2024   02:07 Diperbarui: 27 Oktober 2024   02:07 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LIMA tahun sudah saya berprofesi sebagai ojek online (ojol). Dalam periode itu, rasanya campur aduk.

Ada suka, duka, tawa, pilu, dan sebagainya.

Beberapa di antaranya, bisa disimak dalam catatan harian ojol di blog ini sejak kali pertama daftar pada 2019 silam.

Namun, yang konyol, baru saya alami. Tepatnya, Jumat (25/10) di SPBU COCO Kuningan 31.129.02, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Ini salah satu SPBU favorit saya. Pertama, letaknya strategis di jantung ibu kota.

Bisa bayar nontunai, QRIS dengan berbagai dompet digital. Alias, kalo ga megang cash, saya tetap dapat isi bensin di sini.

Beda dengan mayoritas SPBU lainnya di Jabodetabek yang jarang menerima pembayaran nontunai. Selain itu, ada ATM dan isi angin gratis.

Dan, tak kalah pentingya, toilet yang tidak berbayar. Alias, gretongan.

Ga ada tuh, penjaganya seperti di SPBU Pertamina lainnya, baik yang COCO atau franchise. Atau, meski sudah dipasang selebaran "Toilet Gratis" tapi masih dikasih opsi kotak amal/kencrengan di depan pintu masuk.

Mayoritas SPBU Pertamina memang toiletnya berbayar. Padahal, sudah ada himbauan gratis.

Namun, namanya manusia ya mana mau rugi. Misalnya, yang sering saya alami di SPBU Daan Mogot, Zainul Arifin, Abdul Muis, Gatot Subroto, Pasar Minggu, PIK, dan banyak lagi.

Itu mengapa, SPBU Kuningan ini jadi favorit saya dan juga rekan-rekan ojol lainnya. Kami berasa rugi harus bayar Rp 2.000 untuk oknum petugas yang malas, ga mau cape kerja tapi cuma ingin uangnya aja seperti kang parkir liar, pak ogah, anggota ormas, dan makhluk sampah lainnya.

Mending kalo rajin bersihin. Ini, rata-rata toilet bayat yang ada penunggunya malah kotor dan jorok.

Kerja woi, tangan di atas lebih baik ketimbang jadi patung depan toilet nungguin kotak amal! Ha... Ha... Ha...

Kasih Rp 2.000 penjaga toilet SPBU ga bikin Anda miskin. Demikian kata orang tolol.

Padahal, sudah ada aturannya sejak 2021  bahwa setiap toilet SPBU wajib gratis. Itu terkait bentuk layanan kepada pengendara yang isi BBM.

Faktanya?

Toilet SPBU di Jakarta yang benar-benar gratis, hanya segelintir. Salah satunya, di Rasuna Said.

Hanya, sebagaimana proyek atau apa yang dibangun pemerintah ya gitu deh. Bisa membuat tapi ga pandai merawat.

Pemerintah, gitu lho!

*       *       *

MALAM itu, saya sangat mules. Akibat beberapa jam sebelumnya makan seblak di kawasan Tebet dengan full topping, termasuk tulang ayam yang renyah.

Sambalnya? Top level. Alias pedas banget.

Saya memang penikmat pedas. Makan apa pun kalo ga pedas, terasa kurang.

Meski itu santapan mewah dan mahal di restoran ternama, tapi kalo ga ada sambal ya hambar. Mending makan di pinggir jalan atau warung emperan seperti seblak yang cukup Rp 15.000 sudah melimpah.

Usai mengantar pesanan di daerah Setiabudi, saya melipir ke SPBU Rasuna Said. Suasana masih ramai meski sudah larut.

Mungkin efek Jumat, hari terakhir kerja yang besoknya libur Sabtu dan Minggu.

Toiletnya ada dua. Pria dan wanita.

Yang pria dipisah untuk buang air besar (bab) dan buang air kecil atau pipis.

Bab berisi dua bilik kamar dengan pilihan jongkok dan duduk. Untuk pipis ada tiga urinoar.

Kondisi sepi. Tancap gas.

Saya pun masuk ke toilet jongkok di ujung. Cek keran, airnya nyala. Oke.

Ga lama berselang, di sebelah ada yang masuk. Tapi, kok heboh.

"Airnya ga nyala nih," teriaknya.

"Saya juga mau cebok ga bisa," kata pengunjung toilet lainnya yang baru selesai pipis.

"Lah, saya kira di tempat wudu aja. Tadi ke sana kering. Ga tahunya, di sini sama aja," timpal yang baru masuk.

Hmm...

Kok, perasaan saya jadi ga enak.

Saya tekan selang, bergeming. Bahkan, setetes pun, ga keluar.

Pencet flush di atas toilet jongkok, sama. 11 dan 12.

"Matilah, gw!" ujar saya dalam hati. Sebab, saya masih berlangsung bab dan belum sempat dibilas.

Dibilang panik sih ga. Tapi, disebut ga panik ya ga juga.

Maklum, seumur-umur ke toilet SPBU, ini pengalaman perdana airnya ga keluar. Cuaca yang dingin habis hujan jadi ga berefek akibat insiden ini.

Bulir keringat sebesar jagung pun menghinggapi wajah saya. Bingung juga, euy.

Namun, saya berusaha untuk tenang. Saya tanya sebelah, katanya semua toilet pria dan wanita, wastafel, serta tempat wudu ga keluar airnya.

Udah dikonfirmasi petugas SPBU. Rata, ga ada air.

Yang lain juga udah tanya petugas SPBU. Jawabannya sama.

Entah airnya habis atau error.

Waduh...

Saya berinisiatif buka google maps terkait info SPBU ini. Siapa tahu bisa menghubingi manajernya langsung.

Ada nomor telepon, 0211500000.

Namun, saya coba hubungi ga bisa. Aneh!

Ga mungkin juga saya telepon pemadam kebakaran. Satu-satunya instansi terbaik di negeri ini yang anggotanya benar-benar kerja.

Instansi lain? Ebuset, ga ada yang guna!

Akhirnya saya buka website pertaminaretail(com). Ga ada info juga terkait SPBU tersebut.

Di bawah website-nya, ada callcenter 135. Saya hubungi dong.

Hanya, jawabannya normatif. Petugasnya bilang ga punya nomor telepon pengelola SPBU tersebut. Meminta saya untuk menunggu untuk dilanjutkan keluhannya.

Hanya, obrolan terputus. Durasi telepon 5 menit, 4 detik. Saya cek pulsa, sisa Rp 970 dari 7.900. Alias, telepon ga guna itu memakan pulsa saya hingga Rp 6.930!

Apes dah.

Kirain gratis. Ternyata, telepon callcenter Pertamina kena pulsa.

Pantas, perusahaan besar ini rugi terus dibanding negara tetangga yang untung besar. Manajemennya buruk.

Masyarakat mau hubungi aja wajib bayar. Harusnya, callcenter itu bebas pulsa.

Begini nih perusahaan milik negara kalo dijalankan orang yang ga kompeten. Padahal, Petronas milik Malaysia yang usianya jauh lebih muda, untung besar.

Indonesia Emas?

Cemas, kali... Hahaha!

Hampir setengah jam terjebak di toilet membuat saya kesal. Mau keluar, jelas ga bisa karena usai bab belum dibilas.

Bertahan di dalam, ga guna juga. Ha ha ha. Apes!

Situasi ini mengingatkan saya saat dulu membaca novel Romance of the Three Kingdoms. Tepatnya, ketika Cao Cao galau usai kalah dari aliansi Sun Quan - Liu Bei dalam pertempuran Tebing Merah.

Maklum, doi bingung. Mau lanjut nyerang ke selatan, tapi pasukannya tinggal sedikit.

Hendak kembali ke Xuchang, ibukota Dinasti Han, tapi malu. Itu akibat Cao Cao sudah pede ingin meratakan Wu dan menangkap Liu Bei.

Pada akhirnya, opsi kedua yang dipilih Cao Cao. Sekaligus, menandai akhir dari invasi ke selatan dalam hidupnya.

Situasi ini juga berkolerasi dengan yang dialami Presiden Prabowo Subianto terkait IKN dan Makan Bergizi Gratis yang sudah dicetuskan sejak kampanye. Mau diteruskan, tapi APBN menipis.

Ga dilanjutkan, udah kadung malu. Secara, temanya saat kampanye berkelanjutan dari pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)

Hasilnya?

Entahlah.

Makanya, kalo kampanye jangan muluk-muluk. Janji-janji surga, ini gratis, itu gretongan. Ketika sudah menjabat, akhirnya kepusingan untuk melaksanakannya.

Ini tidak hanya dialami Prabowo saja. Melainkan, calon kepala daerah lainnya dalam pilkada serentak bulan depan.

Sebagai rakyat, kita wajib menagih janji mereka. Kawal terus programnya, agar jangan melenceng.

Eh, ini soal terjebak di toilet ya. Kenapa harus dikaitkan dengan politik?

Yupiii! Secara, politik itu memang bagian dalam kehidupan bernegara.

Kita ga boleh apolitis. Sebagai warga negara, punya hak untuk bersuara sesuai UUD 1945.

*       *       *

SAYA percaya keajaiban itu nyata. Contohnya, dalam sepak bola ketika secara dramatis Manchester United juara Liga Champions 1998/99 diikuti Liverpool pada 2004/05.

Momen apakah itu? Intinya, juara lah.

Silakan googling. Btw, saya Juventini alias fan Juventus.

Lanjut. Dalam keseharian, keajaiban itu bisa dalam bentuk pertolongan.

Ini yang dialami saya usai kebingungan menghadapi air yang tidak menyala di toilet SPBU.

Ketika masih bergulat dengan pemikiran bagaimana bisa keluar dari situasi konyol ini, pintu toilet diketuk. Malaikat tak bersayap yang tidak saya lihat mukanya pun hadir.

"Bang, udah cebok belom?"

"Belom bro. Gw masih di dalam. Airnya ga nyala."

"Ini bang, gw bawa air mineral botol. Cukup untuk bilas."

"Siap, bro. Makasih ya."

Saya pun membuka dikit pintu toilet. Tampak tangan menjulurkan sebotol air mineral ukuran besar.

Masih disegel. Dingin pula.

Kayaknya, bro ini baru beli di minimarket yang ada di SPBU. Sontak, saya langsung menyambut botol tersebut.

"Berapa bro?"

"Ga usah bang."

"Eh, jangan bro. Ini gw bayar," kata saya sambil menarik selembar uang Rp 10.000 untuk ganti air tersebut.

"Ga apa-apa bang. Pake aja. Maaf itu dingin ya. Adanya kayak gitu aja," ucap orang tersebut sambil keluar.

Lah, saya pun bingung.

Mau kejar, tapi lagi ga mengenakan pakaian. Alias telanjang karena baru selesai bab.

Ga dikejar, ga enak karena sudah dibeliin air mineral botol ukuran besar. Saya juga punya hati.

Udah dibeliin air mineral, masa ga bayar. Jadi, saya pun langsung bilas.

Sumpah kaget juga. Secara air mineral botolnya benar-benar dingin.

Selesai, saya langsung keluar. Cari malaikat tak bersayap tersebut.

Hanya, nihil. Sebab, udah tengok kanan dan kiri, ga ketemu.

Di parkiran motor juga ga ada. Pun demikian saat saya tanya ke pengunjung toilet yang hendak masuk.

Saya hendak nanya ke beberapa petugas SPBU yang sedang mengisi BBM ke kendaraan. Namun, ga enak. Secara, mereka sibuk. Belum tentu memperhatikan situasi di toilet.

Yasudahlah. Yang bisa saya lakukan saat itu memotret sekeliling toilet di SPBU.

Terima kasih untuk orang baik yang sudah membelikan air mineral botol kemasan besar. Anda adalah malaikat tak bersayap bagi saya.

Rugi hubungi callcenter pertamina yang menghabiskan pulsa
Rugi hubungi callcenter pertamina yang menghabiskan pulsa

*       *       *

- Jakarta, 27 Oktober 2024

*       *       *

Artikel Terkait

Catatan Harian Ojol
- Dan Terjadi Lagi... Pelecehan Seksual terhadap Ojol
- Penumpang Kecebur Got dan Motor Hampir Mogok: Drama Banjir 22 Maret
- Daftar Mal Elite di Jakarta dan yang Gratiskan Parkir untuk Ojol
- Menara Kadin yang Memanusiakan Manusia
- Tidak Ada Toleransi untuk Perokok
- Lawan Arogansi di Jalanan: Jangan Pernah Benarkan Hal yang Salah!
- Risiko Ojol Antar Makanan pada Dini Hari
- BlackPink di Mata Ojol
- Ditolak Ojol: Bertepuk Sebelah Tangan
- Manusia Lebih Anjing daripada Anjing
- Sisi Lain Konser Coldplay: Mistik, Sedih, Haru, dan Bahagia
- Anak Perwira Dijambret di Samping Polda Metro Jaya
- Polri Ultah ke-78, Maaf Mahkota Kalian Masih Transit di DC Cirebon
- Punya 2 Paspor, untuk Apa?
- Pengalaman Daftar Driver Go-Ride Gojek
- Narik Go-Jek Pakai Suzuki GSX R-150
- Setelah 6 Bulan Jadi Ojol, dari Sambilan hingga Full Time
- PI, PP, dan TA, Ini Daftar Mal yang Kurang Bersahabat dengan Ojol
- Tidak Ada Polisi 40%, Ini Alasan Penumpang Enggan Pakai Helm
- Jadi Agen GoPay, Rahasia di Balik Gacor Ngebid Saat PSBB
- Vermuk? 70% Gojekers Setuju, tapi...
- Berapa Modal Jadi Ojol?
- Kamus Besar Bahasa Ojol
- Orderan pada Malam yang Ganjil
- Kompromi dengan Keadaan
- Bikin SIM C Hanya Keluar Rp 155 Ribu, Ini Caranya!
- Kenapa Ojol Wajib Divaksin?
- Terima Kasih Orang Baik
- Terima Kasih, Orang Baik! (2)
- Terima Kasih, Orang Baik (3)
- Wabah Pak Ogah Merajalela, Polisi Bisa Apa?
- Niat Mulia Ajak Boikot tapi Caranya Salah
- PSK dan Gigolo Lebih Mulia daripada Kang Parkir Liar

Semesta Ekalaya
- Ceritera dari SPBU Kosong
- Ada Rawarontek di Balik Keberingasan Begal
- Mangga Besar Punya Cerita
- Antara Aku, Kau, dan Mantan Terindah
- Sebuah Kisah Klasik yang Tak Berujung
- Di Suatu Desa dengan Penumpang Random
- Karena Customer adalah Raja
- Kisah Wanita dengan Blazer Hitam I
- Kamaratih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun