Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Indonesia Open 2024 Sepi, Kok Bisa?

9 Juni 2024   01:32 Diperbarui: 10 Juni 2024   02:06 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kevin/Marcus wakil Merah-Putih terakhir yang juara Indonesia Open pada 2021 (Foto: dokumentasi pribadi/@roelly87)

Indonesia Open 2024 Sepi, Kok Bisa?

INDONESIA Open 2024 memasuki fase puncak, hari ini, Minggu (9/6). Tepatnya, dengan berlangsungnya final di Istana Olahraga (Istora) Gelora Bung Karno (GBK), sejak siang hingga selesai.

Namun, sepertinya gaung turnamen ini kurang nyaring. Tidak hanya di dunia maya, khususnya twitter dengan lesunya antusiasme warganet.

Melainkan juga di dunia nyata, yaitu kehidupan sehari-hari. Itu akibat merosotnya performa wakil Merah-Putih di Indonesia Open 2024.

Sebab, tidak ada satu pun yang mampu melangkah ke final. Pencapaian terbaik dicapai Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahan yang melaju ke semifinal.

Sayangnya, langkah mereka dihentikan ganda putra Malaysia, Man Wei Chong/Kai Wun Tee, dua set langsung, 27-29, 13-21. Alhasil, habis sudah wakil Merah-Putih yang membuat Istora terancam sepi pada final hari ini.

*       *       *

"SUASANA Indonesia Open 2024 ini beda dengan sebelumnya ya bang."

"Beda? Maksudnya?"

"Iya, agak sepi. Padahal semifinal. Namun, yang datang ga kayak tahun-tahun sebelumnya. Apalagi di dalam, banyak kursi kosong."

"Mungkin efek cuma ada satu wakil Indonesia di semifinal, kali ya."

"Iya, ya. Berasa banget, Istora lenggang."

Demikian percakapan saya dengan penumpang salah satu aplikasi ojek online (ojol), kemarin. Menurutnya, sebagai BL (Badminton Lovers) sejak awal 2000-an, Indonesia Open edisi ini yang paling sepi.

Saya hanya mengangguk. Ga mengiyakan, secara saya tidak ikut nonton langsung di Istora.

Datang ke kawasan GBK sekadar cari penumpang aja. Baik itu setiap ada event musik atau olahraga.

Namun, saya perhatikan sejak hari pertama Indonesia Open 2024, Selasa (4/6) memang tidak terlalu ramai.

Apalagi, jika dibandingkan sebelum pandemi. Indonesia Open selalu diserbu BL tidak hanya dari kawasan Jabodetabek dan daerah saja, melainkan negara tetangga.

Maklum, statusnya sebagai "The Holy Trinity" BWF World Tour Level 1000 bersanding dengan All England dan China Open.

The Old King: All England kali pertama diselenggarakan pada 1899

The King: Indonesia Open (1982)

The Prince: China Open (1986)

Btw, Level 1000 sejak 2023 jadi empat turnamen dengan masuknya Malaysia Open.

Kali terakhir saya nonton Indonesia Open pada 2019 silam. Saat itu, Grup Djarum masih jadi sponsor utama Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dengan menjadikan produknya sebagai nama turnamen.

Misalnya, Djarum Indonesia Open pada 2004-2013, BCA (2014-2017), dan Blibli (2018-2019).

Namun, kerja sama itu buyar sejak akhir 2020. Itu seiring dengan pergantian pengurus baru PBSI.

Entah ada korelasinya atau tidak, sejak saat itu hingga kini, hanya sekali wakil Merah-Putih juara. Tepatnya, saat Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon mengalahkan ganda putra Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi pada Indonesia Open 2021.

*       *       *

SEPINYA Indonesia Open 2024 bukan hanya akibat jebloknya wakil Merah-Putih yang cuma mengirimkan ganda putra ke semifinal. Melainkan juga banyak faktor.

Itu diungkapkan beberapa penumpang ojol yang saya temui. Misalnya, tiket yang mahal, harga makanan dan minuman tidak bersahabat, ketidakjelasan venue dari rencana sebelumnya di Indonesia Arena yang baru dibangun dengan kapasitas 16 ribu kursi ke Istora (7 ribu).

"Pengurus PBSI ga becus, akibatnya cuma mampu kirim satu wakil di semifinal. Ini akibat orang yang ga ngerti bulu tangkis malah jadi pejabat di Cipayung," tutur penumpang yang saya jemput di depan Pintu 5 GBK.

"PBSI mau dongkrak kehadiran penonton dengan ngadain farewell, tapi ga konfirmasi ke Kevin/Marcus. Aneh kan, perpisahan tapi atletnya ga dikasih tahu?" penumpang lainnya, menambahkan.

"Gw beli tiket termurah semifinal hampir cetiaw (Rp 1 juta), yaitu lakpego (Rp 600 ribu). Bayangin mas, itu posisinya di ujung, Kategori 2. Temen gw anak *** malah beli yang cetiawgo (Rp 1,5 juta) presale VIP. Namun, apa yang kita dapat? Ga ada. Cuma nontonin atlet luar aja, wakil sendiri cuma ada Sabar/Reza doang," kata BL asal utara ibu kota.

Sebagai sesama penggemar bulu tangkis, situasi ini memang miris. Sebab, biasanya atlet kita bak raja di rumah sendiri pada Indonesia Open.

Terbukti dari berbagai gelar yang diraih lewat lima sektor. Bahkan, sukses sapu bersih pada 1983, 1996, 1997, dan 2001.

Kali terakhir wakil Merah-Putih meraih lebih dari satu gelar pada Indonesia Open 2018. Itu berkat Kevin/Marcus di ganda putra dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (ganda campuran).

Meski kurang memuaskan di Indonesia Open, sejatinya wakil Merah-Putih cukup bagus sepanjang turnamen tahun ini. Itu dibuktikan dengan dua gelar All England 2024 melalui Jonatan Christie pada tunggal putra dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra).

Begitu juga pada nomor beregu. Tim Indonesia jadi runner-up Thomas Cup 2024 dan Uber Cup 2024.

Untuk beregu putra, final tahun ini merupakan yang ketiga beruntun setelah 2022 dan 2020 (juara). Sementara, tim wanita kembali ke final Uber Cup sejak 2008 silam.

Terlepas dari hasil minor di Indonesia Open 2024, saya berharap PBSI segera melakukan evaluasi. Maklum, Olimpiade 2024 berlangsung sebulan lagi, tepatnya untuk cabang bulu tangkis pada 27 Juli hingga 5 Agustus mendatang.

Jangan sampai tradisi emas Indonesia terputus di Paris. Cukup luka di London pada 2012 silam saja kita gagal sejak kali perdana bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade pada 1992.

Ayo Indonesia, bangkit!

*       *       *

- Jakarta, 9 Juni 2024

*       *       *

Artikel Terkait:

- https://www.roelly87.com/2023/03/blackpink-di-mata-ojol.html

- https://www.kompasiana.com/roelly87/6556687dee794a390b2d5292/sisi-lain-konser-coldplay-di-gbk

- https://www.kompasiana.com/roelly87/65e69a88de948f5f9530c173/anak-perwira-dijambret-di-samping-polda-metro-jaya

- https://www.roelly87.com/2016/06/kemeriahan-bca-indonesia-open-2016.html

- https://www.roelly87.com/2016/05/bca-indonesia-open-2016.html

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun