Btw, Level 1000 sejak 2023 jadi empat turnamen dengan masuknya Malaysia Open.
Kali terakhir saya nonton Indonesia Open pada 2019 silam. Saat itu, Grup Djarum masih jadi sponsor utama Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dengan menjadikan produknya sebagai nama turnamen.
Misalnya, Djarum Indonesia Open pada 2004-2013, BCA (2014-2017), dan Blibli (2018-2019).
Namun, kerja sama itu buyar sejak akhir 2020. Itu seiring dengan pergantian pengurus baru PBSI.
Entah ada korelasinya atau tidak, sejak saat itu hingga kini, hanya sekali wakil Merah-Putih juara. Tepatnya, saat Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon mengalahkan ganda putra Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi pada Indonesia Open 2021.
* Â Â Â * Â Â Â *
SEPINYA Indonesia Open 2024 bukan hanya akibat jebloknya wakil Merah-Putih yang cuma mengirimkan ganda putra ke semifinal. Melainkan juga banyak faktor.
Itu diungkapkan beberapa penumpang ojol yang saya temui. Misalnya, tiket yang mahal, harga makanan dan minuman tidak bersahabat, ketidakjelasan venue dari rencana sebelumnya di Indonesia Arena yang baru dibangun dengan kapasitas 16 ribu kursi ke Istora (7 ribu).
"Pengurus PBSI ga becus, akibatnya cuma mampu kirim satu wakil di semifinal. Ini akibat orang yang ga ngerti bulu tangkis malah jadi pejabat di Cipayung," tutur penumpang yang saya jemput di depan Pintu 5 GBK.
"PBSI mau dongkrak kehadiran penonton dengan ngadain farewell, tapi ga konfirmasi ke Kevin/Marcus. Aneh kan, perpisahan tapi atletnya ga dikasih tahu?" penumpang lainnya, menambahkan.
"Gw beli tiket termurah semifinal hampir cetiaw (Rp 1 juta), yaitu lakpego (Rp 600 ribu). Bayangin mas, itu posisinya di ujung, Kategori 2. Temen gw anak *** malah beli yang cetiawgo (Rp 1,5 juta) presale VIP. Namun, apa yang kita dapat? Ga ada. Cuma nontonin atlet luar aja, wakil sendiri cuma ada Sabar/Reza doang," kata BL asal utara ibu kota.