Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapa Pembunuh Pelayan Kedkop?

6 Mei 2024   02:42 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:15 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kedua Idul Fitri 1445 Hijriah ini memang suasana jalanan relatif sepi. Namun, berhubung ada kasus pembunuhan membuat warga sekitar dan luar jadi penasaran untuk melihat.

Apalagi pada era sosial media (sosmed) ini. Berbekal hp, mereka pun foto dan memvideokan yang di-share ke berbagai platform sosmed seperti Twitter/X, Facebook, Instagram, Tiktok, dan Youtube.

Tak heran jika atensi masyarakat kian kencang. Bahkan, hingga membuat petinggi di Trunojoyo tahu.

Kebetulan, Hattori ditugaskan kantornya untuk menyelidiki kasus ini. Dibantu juniornya di Akpol, Ipda Saga.

Sementara, Kapolsek Tunas Bangsa AKP Dekisugi sedang meninjau arus mudik di Tol Lintas Khayangan bersama jajaran Polres dan Polda. 

*       *       *

SEBAGAI polisi, Hattori berusaha untuk bersikap ramah. Terutama, menerapkan langsung motto 3M Kepolisian kepada masyarakat: Melindungi, Mengayomi, dan Melayani.

Meski terkesan klise dan retoris, tapi di Polsek Tunas Bangsa, benar-benar dilaksanakan. Jauh berbeda dibanding mayoritas polsek lainnya di Tanah Air yang kadang meyulitkan jika ada masyarakat ingin buat laporan.

Meski ramah, Hattori diam-diam mengamati mereka yang berada di kedai. Termasuk Aphrodite, pacar Freeza yang ternyata anggota organisasi masyarakat Santuy (Saya Anak Tanggul Uraa).

Matanya tampak berkaca-kaca usai memberi keterangan kepada petugas.

Otak Hattori pun berjalan untuk merekonstruksi penjelasan para saksi yang akan dipadukan keterangan tim forensik. Apalagi, mengingat laporan Buana via telepon, CCTV di kedai sudah lama mati. Alias, hanya jadi pajangan keberadaan dua monitor yang konon sekadar menakuti jika ada pelanggan rese dan tidak bayar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun