Misalnya, parkir resmi mal atau resto yang rata-rata Rp 2.000 per jam. Ada juga Rp 3.000 untuk beberapa Pasar Jaya yang dikelola BUMD (Sumber: https://www.instagram.com/p/ChHSPvVrimK/?igsh=Nm85bDlvaHZzYnZl).
Aneh, perusahaan milik daerah tapi tarif parkirnya lebih mahal dari mal sekelas PI, GI, PIM, dan elite lainnya.
Lebih ga masuk akal lagi di Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, yang per jam Rp 4.000! (Sumber https://www.instagram.com/p/CySufvYSaeD/?igsh=NWk2ajJsenZrd3c4)
Mau heran kepada Pasar Jaya dan Polda Metro Jaya, tapi langsung inget. Bahwa, negara ini punya mereka... Ha ha ha!
...
Lanjut... Jadi, pendapatan dari tip sebagai subsidi silang memang wajar. Setidaknya, menurut saya sejak ngojol 2019 silam.
Selain parkiran resmi, adakalanya parkiran ga jelas saat masuk komplek. Ya, pungutan liar (pungli) memang merajalela. Contoh, sepanjang ruko di kawasan Kapuk, Teluk Gong, Bandengan, Jembatan Dua dan Tiga, hingga Pangeran Jayakarta.
Setiap sepeda motor yang masuk, dikenakan parkir. Mending kalo resmi ada struknya.
Lah, ini cuma selembar kertas yang disablon doang (Sumber: https://www.instagram.com/p/CsLIgujStxi/?igsh=b3NkOXlpemEyZ2Q1).
Bahkan, ada yang hingga Rp 3.000! Bangsat!
Itu ulah akamsi pecundang dan ormas sampah. Para orang malas yang nyari duit ga mau capek kerja bersama kang parkir liar dan pak ogah.