Sepanjang jalan saya jadi ingat pengalaman Ibu yang jualan lebih dari 20 tahun. Sebagai single parents, Ibu merupakan wanita yang luar biasa.
Tanpa kenal lelah dalam membesarkan dua anaknya. Juga anak angkatnya sejak 2013 silam.
Setiap Senin-Jumat sejak pagi hingga Sore, jualan nasi, lauk, dan sayur. Kebetulan, dekat rumah banyak usaha konveksi, sablon, dan percetakan yang karyawannya pada makan di tempat kami.
Sabtu, Minggu, dan Libur, ganti dengan kue atau cemilan. Belinya, di Pasar Kue Subuh Senen, Jakarta Pusat.
Ketika Ramadan, jam dagang Ibu pun berubah dengan dua kali. Mulai pukul 15.00 hingga selesai buka dan 02.00 WIB sampai jelang imsak.
Seperti halnya pedagang, adakalanya ramai. Jualan cepat habis.
Di sisi lain, kadang juga harus siap saat sepi. Dagangan numpuk, bahkan tidak balik modal sama sekali.
Ya, itu risiko sebagai pedagang. Dulu, seusai Tarawih saya sering melihat Ibu saya merenung depan dagangannya yang masih banyak.
Ketika ditanya, pasti dijawab, "Udah dikit. Mau abis, kok. Tenang aja."
Padahal, aslinya masih banyak.
Sumpah, masih banyak banget.