Ibarat Sayur Asem yang jadi makanan favorit saya, kurang lengkap jika tanpa bumbu dan cabe. Pun demikian situasi sepanjang Rabu (14/2) hingga Kamis (15/2) dini hari WIB.
Mulai dari kurang tidur. Ya, saya hanya bisa tidur kurang dari dua jam jelang pencoblosan.
Maklum, saya termasuk golongan nokturnal yang berkebalikan dengan mayoritas individu lainnya. Ngojol (ngojek online) aja tiap hari sebagai kalong: Beroperasi dari sore hingga pagi.
Pun dengan menulis di blog. Saya lebih lancar saat menuangkan ide pada dini hari ketimbang siang atau sore.
Nah, pas bangun tidur, rumah saya kebanjiran. Waduh, pertanda apa ini?
Pun demikian ketika mengangkut kotak suara dan bilik dari kelurahan ke TPS. Hujan masih menggelayuti dengan ramah.
Kondisi TPS? Jangan tanya. Acak-acakan akibat diterpa angin kencang.
Beberapa informasi terkait pencoblosan yang ditempel basah semua. Duh...
Puncaknya, terjadi kekeliruan hitung suara. Tak heran, kami yang mulai pukul 05.00 WIB untuk bolak-balik TPS dari dan ke Kelurahan harus berakhir pukul 02.45 WIB!
Alias, nyaris 24 jam nongki-nongki di bawah tenda! Sumpah, benar-benar pengalaman baru...
Eit, kita sudahi mukadimahnya. Sekaligus, menyambung dua artikel sebelumnya yang masuk dalam Trilogi Catatan sebagai Anggota KPPS.