* Â Â Â * Â Â Â *
KESAN tegas, wibawa, hingga kaku terhadap Prabowo yang selama ini melekat seolah luntur. Berganti jadi gemoy.
Alias plesetan dari gemas atau menggemaskan.
Saya pribadi sempat mengernyitkan dahi ketika tahu Prabowo berubah 180 derajat. Kini, gimmick-nya jadi gemoy dan suka joget.
Dua jempol untuk tim sukses dan deretan konsultannya yang berhasil mengubah sosok gahar Prabowo pada 2014 dan 2019. Sekarang, kalo dilihat di media, baik arus utama maupun sosial, berganti jadi gemoy dan lucu.
Ini mengingatkan saya terhadap Presiden Filipina Bongbong Marcos. Saat kampanye pilpres 2022 lalu, ia menggandeng Sara Duterte, putri presiden sebelumnya, Rodrigo Duterte.
Bongbong memanfaatkan betul perkembangan teknologi dalam menggaet pemilih muda di pilpres Filipina. Termasuk, media sosial yang memang jadi santapan sehari-hari generasi milenial, khususnya Tiktok.
Dalam kampanyenya, Bongbong meromantisasi keberhasilan ayahnya, Ferdinand Marcos (Presiden Filipina 1965-1986). Yaitu, keberhasilan Filipina saat dipimpin Ferdinand kepada generasi milenial yang memang belum lahir.
Alhasil, Bongbong pun dapat suara mayoritas anak muda. Tidak tanggung-tanggung, kemenangannya sangat telak.
Bingbong meraih 58,7% suara. Jauh mengungguli rival terdekatnya, Leni Robredo (27,9%) yang sebelumnya diunggulkan terkait ketidakpuasan rakyat Filipina atas kepemimpinan Duterte.
Sementara, legenda hidup tinju Filipina, Manny Pacquiao, berada di urutan ketiga dengan 6,8%.