Alias, ga jelas baik dalam kaidah bahasa, kosakata, maupun inti penyampaian. Ha ha ha.
Maklum, ketika itu saya sekadar menyalurkan hobi. Ada yang baca ok, ga ada juga ok.
Hingga, saya gabung di Kompasiana dan belajar banyak tentang menulis bersama rekan-rekan Kompasianer lainnya. Baik itu diselenggarakan online maupun offline, seperti Kompasiana Blogshop di Djakarta Teather pada November 2011.
Tak heran jika 11 tahun silam, saya menyebut, Kompasiana sebagai Kawah Candradimuka. Ya, selain saya, juga banyak Kompasianer lainnya yang sama-sama belajar nulis dari Kompasiana.
Saya aja kaget pas ngecek artikel di Kompasiana sudah mencapai ratusan. Bahkan, dulu kalo ada event menulis, termasuk fiksi, bisa posting setiap hari.
* Â Â Â * Â Â Â *
HANYA, tiada pesta yang tak berakhir. Adakalanya, timbul rasa jenuh. Itu manusiawi.
Termasuk, saya yang sejak 2018 sudah mulai jarang aktif di Kompasiana, baik secara offline maupun online. Meski, pada saat yang sama saya tetap update blog pribadi.
Padahal, saya sempat hadir di Kompasianival 2019 seperti yang tertera di awal artikel ini. Hanya, untuk mempostingnya, berat.
...dan...
Ditambah, tampilan Kompasiana seperti kurang bersahabat bagi pengguna ponsel. Keluhan ini yang sudah saya sampaikan kepada salah satu admin disela-sela syukuran.