"TENANG aja, anjing-anjing ini ga galak kok."
"Siap."
Gw pun melangkah santai menuju teras salah satu sosok yang kini jadi pembesar negeri usai dipersilakan ajudannya. Kendati, diiringi tatapan beberapa anjing yang memang adaptif terhadap orang asing.
Di antaranya yang gw tahu German Shepherd alias sering disebut Herder, Rottweiler, dan Doberman. Ga nyangka juga, sosok yang dulunya gw kenal hobi mengoleksi ikan cupang dan jangkrik, kini sudah upgrade.
"Tuh kan, apa kata gw. Anjing-anjing ini ga gigit..."
"Gw ga takut sama mereka. Justru, yang gw khawatirkan itu manusia yang sifatnya lebih anjing daripada anjing."
"Maksud, lo?"
"Kalo anjing, paling ngegigit. Atau mengejar saja. Beda sama manusia yang mukanya ramah tapi bisa menikam dari belakang. Gw sering menghadapi yang seperti itu."
"Huh... Dasar rakyat jelata ga tahu diri. Gw bikin lo..." Â
"Gw hitung sampai tiga. Jika, tangan lo masih menyentuh pundak gw, gw pastiin lo bakal kehilangan 10 jari..."
Dia pun langsung melepas cengkramannya di pundak gw. Sikapnya yang oportunis sejak dulu ini memang selalu jadi sasaran empuk.
Dari beranda terdengar sang pembesar itu mendehem. Dengan sopan, meminta gw untuk segera masuk.
"Gw mau segera temuin lo orang punya bos. Sekarang, mending lo mandiin kawanan anjing ini, terus kasih makan, dan ajak jalan-jalan."
"Apa lo bilang?"
"Selain bergerak di bawah radar kekuasaan, emang tugas lo apa?"
"Lo sadar kan, posisi gw sekarang?"
"Ya. Tapi, jabatan ga bisa mengubah sifat seseorang. Bagi gw, anjing jauh lebih mulia daripada orang yang gw kenal sebagai penjilat. Bahkan, dibandingkan hyena sekalipun. Lo tahu kan, hyena itu apa? Yupp, binatang pemakan bangkai dan selalu siap memangsa tuannya jika lengah."
"Lo bilang gw anjing atau hyena?"
"Gw ga sebut nama. Kalo lo merasa, ya silakan."
Gw pun melenggang santai meninggalkannya yang termenung dengan melewati undakan tangga bangunan yang sudah seperti istana. Sang tuan rumah tersenyum simpul menyaksikan reaksi gw terhadap sambutan tangan kanannya itu.
"Lo emang bisa aja, bro. Kasian tuh anak orang dibuka kartunya."
"Tes ombak."
"Ha... Ha... Ha..."
"Hati-hati aja, kalo makanan yang lo sediain udah habis, bisa jadi ke depannya lo yang diterkam."
"Pasti. Sebelom itu, gw buat dia kenyang lebih dulu hingga akhirnya ga bisa gerak."
"Seram... Dasar mafia!"
"Terima kasih, pujiannya bro. Mari kita mulai."
"Siap. Sebagai tamu, gw menunggu instruksi tuan rumah."
* Â Â Â * Â Â Â *
- Jakarta, 3 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H