Kebetulan, sore harinya ketika mampir di suatu minimarket dekat kantor di bilangan Senayan, stok Chitato rasa Berbeque dan Rendang sedang kosong. Beberapa pramuniaga menawarkan solusi dengan rasa Spicy Chicken, Chicken Berbeque, Original, hingga oriental (Japanese Okonomikayi) yang menurutnya sama seperti Rendang. Tentu saja, tawaran itu saya tolak dengan halus.
Sebab, meski lahir dari "rahim yang sama" sebagai keluaran PT Indofood Sukses Makmur, tetap saja beda. Begitu juga ketika mbak-mbak pramuniaganya menawarkan rasa Mi Goreng, saya kembali bergeming. Hingga, ketika mereka sudah bolak-balik ke gudang untuk mencari Berbeque dan Rendang, masih tidak ada juga, akhirnya saya luluh.
Bisa jadi karena tidak enak dengan mbak dan mas pramuniaga yang sudah memberi pelayanan istimewa demi sebuah snack. Alhasil, karena tidak ada pilihan lain untuk menemani nonton bola malam harinya, saya pun mengambil dua pcs Chitato rasa Mi Goreng.
Sesampainya di rumah pada dini hari WIB yang dingin, setelah menyalakan tv untuk melihat siaran langsung Inter-Juve, saya membuka cemilan tersebut. Sekilas, tiada yang aneh. Baik ukuran, kemasan, dan tampilan dalam serta luar. Isinya masih seperti Chitato yang dulu. Alias sedikit.
Oh ya, bagi saya Chitato identik dengan dua hal. Rasanya yang pas lantaran seperti terdoktrin sejak 1990-an dan isinya yang memang sedikit. Jadi, saya ngemil Chitato itu satu bungkus tidak cukup. Namun, kalau dua, justru uang saya yang tidak cukup. Ya, seperti simalakama gitu.
* Â Â Â Â * Â Â Â *
KETIKAÂ wasit Andrea Gervasoni meniup peluit tanda dimulainya pertandingan, seketika saya langsung mencicipi varian terbaru dari Chitato tersebut. Kalau mau jujur, rasanya tidak beda jauh dengan varian lainnya kecuali bumbu mi goreng yang memang sedap. Ya, sebagai mantan anak kost, sudah pasti saya familiar dengan mi instan yang dikemasannya rasa mi goreng namun aslinya justru harus direbus.
Bagi saya, selain bumbunya yang memang sedap -setara dengan Berbeque dan Rendang serta dua level di atas Original, Spicy Chicken, apalagi yang oriental-, terus terang tidak ada yang baru dari Chitato rasa Mi Goreng ini.
Hingga, ketika layar tv terlihat pertandingan berjalan 10 menit, tiba-tiba tangan kanan saya tidak menemukan apa yang saya cari dalam kemasan Chitato. Ternyata sudah kosong. Saat saya bolak-balik bungkusannya, memang nihil kecuali remah-remahan saja hingga saya mencomot satu bungkus lagi yang tersisa.
Ya, Chitato rasa Mi Goreng itu memang benar-benar mengadopsi secara nyata kolaborasi dari makanan ringan yang terbuat dari kentang dan mi instan: Satu bungkus tidak (pernah) cukup untuk menikmati sensasinya yang "kriuk-kriuk" sedap. Tapi kalau lebih dari itu justru membuat jebol kantong kami karena rasanya yang bikin ketagihan.
* Â Â Â Â * Â Â Â *
[caption caption="Irisan kentang yang sempurna"]