Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sisi Lain Atlet Binaraga, Berprestasi tapi Seperti Tak Dianggap

5 Desember 2015   05:18 Diperbarui: 5 Desember 2015   07:06 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"DATANG tak dijemput, pulang tak diantar." Sebagai bagian dari generasi 1990-an yang marak dengan film horor, tentu saya tidak asing lagi dengan peribahasa tersebut. Dalam artian, kehadiran "mereka" tidak dikehendaki.

Analogi itu yang mungkin, menurut saya tepat ditujukan untuk atlet binaraga nasional saat ini. Bagaimana tidak, mereka kerap berprestasi mengharumkan bangsa pada level internasional. Ironisnya, justru atlet-atlet itu seperti "tak di anggap" oleh pemerintah dan juga organisasinya. Dalam hal ini, Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI).

Fakta berbicara, untuk mengikuti kejuaraan dunia edisi ketujuh (WBPF) di Bangkok, Thailand, mereka harus modal sendiri. Baik itu persiapan, keberangkatan, saat turnamen, hingga ketika tiba di Tanah Air. Jangan berbicara mengenai sambutan dari masyarakat luas. Bahkan, untuk urus surat di bandara pun, mereka mengerjakannya sendiri!

Beruntung, mereka merupakan profesional. Meski harus berdarah-darah, tetap mampu mengharumkan bangsa ini di mata dunia. Yaitu, dengan menggondol medali emas pada kategori Men's Master Bodybuilding 50-59 Years dan perunggu (Men's Bodybuilding 70 kg) atas nama Syafrizaldi serta rekannya, Jefry Johanis Wuaten (perunggu di kategori Men's Bodybuilding 60 kg).

*        *        *

SIANG itu, Kamis (3/12) suasana di restoran yang terletak di lantai satu sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, mendadak ramai. Itu berkat kehadiran tim dari binaraga Indonesia yang sedang mengadakan acara jumpa dengan blogger. Saya beruntung bisa hadir berkat undangan dari Komunitas Blogger Laki yang terdapat di grup Facebook. Apalagi, lokasinya hanya seperlemparan batu dari kantor saya di Gelora Bung Karno (GBK).

Kebetulan, sejak kecil saya merupakan penggemar olahraga yang hingga kini pun bekerja di bidang yang sama. Namun, jujur saja, untuk binaraga, saya masih asing. Memori saya pada binaraga itu hanya sebatas Ade Rai. Atau, dulu tahunya pas menyaksikan parade manusia berotot kekar dari Hulk Hogan, The Rock, dan Kurt Angle beraksi di panggung gulat hiburan Smackdown!

Selain itu, nyaris dibilang nihil pengetahuan saya mengenai binaraga. Itu mengapa ketika mengetahui undangan dari Komunitas Blogger Laki melalui grup Facebook, saya langsung menyambarnya dengan antusias.Ya, pepatah mengatakan "Tak kenal maka tak sayang." Maka, saya pun bersama belasan rekan blogger larut untuk berbincang dengan tim binaraga Indonesia.

Saat itu, Syafrizaldi hadir bersama dua rekannya sesama atlet, Dody Syahputra dan Hendra Zein. Mereka turut didampingi manajer timnas binaraga, Kemalsyah Nasution dan Budiarto (Pengurus Bidang Pertandingan Binaraga).

Terus terang saja, awalnya saya kira dengan status atlet yang berprestasi mendunia itu, mereka sulit untuk didekati. Ternyata, dugaan saya salah. Malah, mereka yang aktif menyapa kami, Tak jarang, di antara ketiganya saling melempar guyonan. Bahkan, rela untuk bergantian diajak foto bareng! Itu membuktikan, adagium lawas "tak kenal maka tak sayang" terbukti.

Apalagi, ketiga atlet itu benar-benar menerapkan ilmu padi. Yaitu, semakin merunduk semakin berisi. Dalam artian, mereka tak segan-segan berbagi cerita yang menginspirasi untuk kami. Salah satunya diungkapkan Syafrizaldi, bahwa untuk memiliki otot sepertinya, tidak instan. Melainkan, harus ditempa latihan setiap hari. Mulai dari yang ringan seperti lari-lari pagi, angkat berat, membentuk tubuh di gym, hingga memerhatikan asupan makanan dan pola gizi. Ya, saya setuju dengan atlet berusia 50 tahun itu seperti peribahasa "Kota Roma memang tidak bisa dibangun dalam semalam!"

Hanya, kebahagiaan kami bisa bertemu atlet berprestasi seperti mereka jadi sedih. Itu setelah mendengar penuturan ketiga binaraga tersebut tentang perjalanan jadi atlet. Lantaran, mereka seperti di anaktirikan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan PABBSI.

*        *        *

"Bagi saya, usia bukan halangan. Apalagi, jangankan usia, segalanya bakal saya lakukan demi mengharumkan negeri ini," kata Syafrizaldi kepada saya dengan pandangan jauh ke depan. "Sayangnya, dukungan pemerintah kepada kami sangat minim. Biasanya, kami setiap mengikuti kejuaraan (dunia) memakai dana sendiri. Seperti ini ke Thailand, harus cari dana belasan juta rupiah untuk persiapan. Saya berharap, Menpora, PABBSI, dan pemerintah lebih memerhatikan cabang olahraga yang kami geluti."

Mendengar penuturan dari pria asal Medan, Sumatera Utara ini jelas membuat saya miris. Kok bisa ya? Demikian dalam hati saya bertanya. Mereka sudah berkorban segalanya, namun seperti tidak dihargai. Itu jadi ironis ketika mengetahui, pemerintah jor-joran mengeluarkan dana untuk olahraga populer seperti sepak bola yang sayangnya minim prestasi di dunia.

Tentu, sebagai penggemar olahraga, khususnya sepak bola sejak 1994, saya paham dengan keadaan ini. Bahkan, untuk turnamen lokal saja seperti bulan lalu, pemerintah begitu memusatkan perhatian. Termasuk dengan kehadiran kepala negara di GBK untuk memberi pengalungan medali.

Tapi, kejuaraan binaraga di Thailand yang levelnya internasional dan masuk dalam kalender resmi World Bodybuilding and Physique Sports Federation (WBPF) malah adem ayem. Dan, ini juara lho. Level internasional kelasnya. Bukan "lokalan" lagi! Hanya, jangankan sambutan dari masyarakat, beritanya di media pun sangat minim. Bisa dihitung dengan jari.

"Yah, mas. Jangankan sambutan, buat berangkat saja kami pakai biaya sendiri. Untuk ngurus (surat) saja susah. Kita berprestasi sama sekali tidak dianggap. Jadi, kalau kami habis menang, ya sudah begitu saja," Dody, dengan tertawa getir. "Di bandara sepi? Bukan sepi lagi. Kita-kita saja yang bikin ramai. Paling yang menyambut porter.yang bawa barang dan juga keluarga."

Kecuali hati saya terbuat dari batu, tentu mendengar penuturan tersebut biasa saja. Sayangnya, hati saya terdiri dari gumpalan daging. Alhasil, saya yang membayangkan saja sudah gimana gitu. Apalagi, mereka sendiri sebagai atlet yang sudah seharusnya diperhatikan karena membawa nama baik negara di mata dunia.

Sudah cukup? Belum. Dalam kesempatan itu, Hendra turut menambahkan, "Selama ini, saya pergi pakai uang pribadi, tabungan. Tapi, bagi saya, kebanggaan jadi atlet tidak bisa dinilai dari uang yang sudah saya keluarkan. Sebab, inilah kesempatan bagi saya untuk membela negara di bidang olahraga. Sempat berpikir saat kami juara di turnamen internasional mendapat sambutan meriah dari masyarakat. Tapi ya sudahlah. Bagaimanapun, saya bersyukur bisa mengharumkan negara meski pemerintah belum mendukung kami sepenuhnya."

*        *        *

LANGIT di kawasan Senayan tampak cerah. Lalu lalang kendaraan bermerek melewati saya yang melangkah menuju kantor. Saya melihat deretan gedung pusat perbelanjaan, hotel, dan kementerian yang sangat mewah. Saya ingat, tempat yang sedang saya pijak itu awalnya dibangun sebagai pusat olahraga. Namun, entah kenapa beralih fungsi jadi gedung komersial.

Sepanjang menyusuri Jalan Pintu Gelora 1, saya teringat dengan kalimat masa lampau yang sangat populer, "Jangan bertanya apa yang negara berikan kepada Anda, tapi tanyakan sudah apa yang Anda berikan untuk negara."

Ah, dalam hati kecil saya bertanya. Apakah kalimat itu masih relevan hingga kini? 

*        *        *

*        *        *

*        *        *

*        *        *

Artikel tentang Olahraga dan Atlet Nasional sebelumnya:

 

- Porseni BUMN 2015: Siap Lahirkan Bintang

- Sisi Lain Paspampres yang Berprestasi di Bidang Olahraga

- Meningkatnya Prestasi Indonesia di Asian Games 2014

- Cerita di Balik Sekeping Emas Cabang Wushu di Asian Games 2014

- Sisi Lain Dahlan Iskan

- Sisi Lain Rahmad Darmawan

- Fandi Ahmad dan tentang Mentalitas Indonesia

*        *        *

- Jakarta, 5 November 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun