"Oke Len, aku mandi dulu ya."
"Iya, ntar gw tunggu. Jangan lama-lama mandinya."
* Â Â Â * *
Alena memang gemar membuat kejutan. Meski begitu, dia orang yang baik. Bahkan, sampai bela-belain selama seminggu sengaja menjauhi diriku untuk bikin kejutan memberi kado ultah Ketan Durian kesukaanku yang mengingatkan pada kampung halaman.
Selesai mandi, aku sudah tidak melihat keberadaannya di kamar lagi. Aku segera mencari ke lantai atas dan juga di bawah siapa tahu dia sudah menanti di tempat parkir. Mengetahui diriku yang sedang kebingungan, engkong Sabeni langsung menghampiri.
"Ade ape tong, malam-malam malah celingak-celinguk"
"Ini kong, nyari teman."
"Temen? Muke gile loh tong. Pan dari jam 11 pintu kostan udah ane tutup. Ga ada tuh yang datang ke sini. Elo kan yang terakhir buka pintu."
Mendengar penuturan kong Sabeni yang memang biasa berkata apa adanya karena beliaulah yang memegang kunci untuk akses masuk ke kostan, aku langsung kembali ke kamar. Saat membuka pintu, di meja terdapat secarik kertas yang bersebelahan dengan bungkus Ketan Durian. Langsung kubaca yang isinya membuatku agak limbung:
"Dra, maaf. Mulai sekarang, gw ga bisa nemenin elu lagi. Terima kasih ya, empat tahun ini elu udah jadi sahabat sejati gw. Gw berharap elu dapat yang terbaik."
Dalam keadaan tak percaya atas surat tersebut, tiba-tiba ponsel berdering yang langsung kutempel ke telinga.