Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sapu Tangan Bersulam Angsa

9 Mei 2012   13:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

7 mei 2008

dirimu genap berusia 22 tahun
disaat sedang matangnya peralihan
dari transisi menuju kedewasaan
beberapa lembar usang dari buku hatiku
telah kau warnai dengan senyum menawan darimu
pucuk-pucuk indahnya dunia kembali bersemi
setelah sekian lama layu
bak gugurnya pelangi di musim kemarau

goresan tinta berpadu asmara di sebuah pantai bernama cinta
menjadi sebuah kenangan tersendiri darimu dan dariku, saat itu...

ibarat suatu album masa silam yang terus dikenang sejak kecil, hingga kini

7 Mei 2009

"selembar sapu tangan bersulam angsa
kau hadiahkan untuk diriku
menyiratkan satu pertanyaan suka atau duka
tepat di hari jadimu"

dirimu saat itu sudah jauh lebih matang
ibarat anak itik yang telah bisa terbang
setelah sekian lama berenang
dan melaju hingga petang

dirimu berkata, "jagalah sapu tangan ini,"
"meski aku sudah tidak lagi bersamamu..."
kembali dirimu melanjutkan
bahwa jangan melihat dari rupa warnanya

ya, hamparan bahan berwarna putih
dengan ditimpa kemilau biru
dan ditambahkan dengan sebuah sulaman
angsa yang mirip walau hanya gambar

itu, dulu...

7 Mei 2010

saat perjalanan mendekati puncak
justru di sanalah terdapat tujuan
walau terkadang sangat berbeda
dari apa yang di inginkan

bulan itu, seperti biasanya
ucapan selamat kembali melintas
walau hanya dari suara
dan juga sebaris kata-kata

hingga dua bulan setelahnya
tiada lagi satu ungkapan
dalam perkataan di bukit nan berkilau
yang juga demikian

hanya ada satu kata
selamat tinggal
tujuan kita sama
namun jalan lah yang membuat kita jadi berbeda...

7 Mei 2011

hening
gelap
hampa
tertutup

tiada lagi ungkapan
saat ego semakin membesar
sampai akhirnya saling menyesal
namun waktu tidak dapat terulang kembali

7 Mei 2012

selembar sapu tangan bersulam angsa
kembali terlihat di sisi almari
walau tak tampak di setiap hari
entah kenapa menjadi ada

masih sangat harum
meski dua tahun tak kena air
tersembunyi di dalam
tanpa pernah di sentuhnya lagi

hingga, detik-detik pergantian hari
dengan berat hati
dan bibir bergetar
ku mengucapkan sesuatu kepadamu

terlambatkah itu semua?
perpisahan tidak dapat terelakan
namun setidaknya kita pernah
melakukan suatu pertemuan...

*      *      *

Selamat Ulang Tahun, untuk Dirimu yang di seberang

- Barat, Sumatera Mei 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun