Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Sambutan Pohon Natal Menjadi Layu...

26 Desember 2011   04:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:45 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

[caption id="attachment_151347" align="aligncenter" width="400" caption="* * *"][/caption] Rere terus berlari sepulangnya dari sekolah di kawasan Petojo, Jakarta Pusat untuk mengejar angkot yang menuju ke Jatibaru, tempatnya berada. Hari jumat ini pihak sekolah memberikan waktu pulang cepat, yakni setengah hari. Dan, Renetha Revalina, atau biasa dipanggil Rere sangat tak terkira. Sebab dirumah nanti ia akan mendapatkan libur panjang selama 3 hari, yaitu Sabtu, Minggu dan Senin saat cuti bersama. Apalagi Ayahnya yang sedang dinas di pedalaman Sulawesi akan tiba sore ini dengan lebih dulu mengirim pohon Natal bersama hiasan boneka serta pernak-perniknya. Hingga akhirnya ia menyeberang jalan menuju sebuah angkot yang akan membawanya pulang...

*   *   *

Dirumah, Selvi, Ibunya Rere sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan hari Natal dan juga menyambut kedatangan Suami tercintanya yang bekerja sebagai di salah satu perusahaan swasta di Manado. Ia membayangkan, natal kali ini berlangsung meriah dan penuh kedamaian. Diiringi dengan panjatan doa dan syukur kepada Tuhan atas apa yang diberikanNya kepada seluruh keluarga, baik ia sendiri, Suaminya, Rere dan juga Vino, putra bungsunya. Dari semalam, tiada henti-hentinya sang suami mengabarkan perjalannya yang indah dan juga menyenangkan. Telepon, sms, serta video call saat transit di Surabaya hingga pagi ini melanjutkan lagi menuju Jakarta. Ah, alangkah indahnya Natal kali ini, gumamnya saat itu. Belum lagi melihat ekpresi dari Rere, putri kesayangannya yang sangat bahagia ketika diberitah Ayahnya akan pulang demi merayakan Natal bersama yang telah dilewatkan selama beberapa tahun terakhir. Maklum sebagai seorang pengawas, tentunya pekerjaan Suaminya itu selalu berpindah-pindah untuk mengurusi di satu daerah hingga pulau lainnya. Dan sangat bersyukur sekali, ketika tahu atasan sang suami memberikan cuti seminggu untuk dapat berkumpul bersama keluarga. "Rere, nanti mau Ayah belikan kado Natal apa, sayang?" Tanya sang Suami kepada anaknya saat berbincang melalui telepon. "Ayah, Rere ga mau hadiah apa-apa. Sudah bisa merayakan Natal bersama Ayah, Ibu dan Vino saja sudah bahagia, senang ya kali ini kita dapat berkumpul bareng..." "Tapi tetap, Ayah akan bawakan hadiah yang spesial untuk kamu di hari Natal ini. Kebetulan ada kawan Ayah di Surabaya ini yang mempunyai usaha pohon natal beserta pernak-perniknya. Nah, Ayah akan bawakan satu khusus untuk Rere. Nanti kita isi ya, dengan coklat dan juga boneka serta kado. Sambil mengucapkan syukur kepada Tuhan..." "Iya Ayah, terima kasih ya." Ucap Rere dengan mata berbinar-binar saking bahagianya. Selvi menyadari, bahwa momentum natal kali ini mungkin sangat berkesan baginya. Bahkan yang selama seumur hidupnya.

*  *  *

Manusia dapat berusaha, berdoa dan selalu berikhtiar, namun Tuhanlah yang menentukan semuanya. Saat sedang memasukkan kue ke dalam oven, tiba-tiba saja dari kamar putrinya terdengar bunyi benda jatuh.

Ternyata foto Rere saat bersamanya serta suami dan juga putra bungsunya terjatuh dari dinding kamarnya. Dengan tertegun, dan membayangkan firasat apa yang terjadi dengan putri kesayangannya itu.

[caption id="attachment_151357" align="aligncenter" width="301" caption="* * *"][/caption]

*   *   *

Usai melangkahkan kaki di Bandara Soekarno Hatta, Ferdi sengaja menon-aktifkan segala perangkat yang ia punya, baik itu Ponsel, Laptop, maupun Tablet yang dibawanya. Sengaja ia melakukan itu karena akan membikin kejutan kepada Rere putri kesayangannya itu. Apalagi pagi tadi, ia mendapat kabar kalau Pohon Natal yang dipesannya itu sudah sampai dirumah.

Tak terkira raut wajahnya yang bahagia, sambil menggumam sendiri ia berkata, kalau sudah di rumah bersama Rere dan Vino ia ingin merangkai pohon Natal itu sembari berdoa atas berkumpulnya kembali bersama seluruh keluarga.

Sesampainya di rumah, yang didapati hanya ruangan kosong melompong. Tiada orang satupun yang ada saat ia mengecek seluruh kamar. Jantungnya pun berdegup kencang ketika memandang sebuah bingkai foto yang retak di ruang tamu, ya foto tentang Rere.

Hingga akhirnya ia menyalakan ponsel, ada 15 panggilan tak terjawab serta 5 pesan masuk yang memberitakan kabar dari istrinya bahwa Rere telah tiada karena kecelakaan.

Dengan berkunang-kunang, pikirannya pun melayang entah kemana.

Dilihatnya pohon Natal yang baru dibelinya itu untuk Rere, sungguh indah.

Tetap mempesona dan memikat perhatian siapa saja yang melihatnya.

Meski telah layu.

Selamat Natal Anakku, Rere. Semoga Engkau Bahagia di sisiNya...

*   *   *

Djembatan Lima, 26 Desember 2011 (11:10 wib) Ilustrasi: rumametmet.com - Choirul Huda (CH)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun