Saat bertemu kembali dengannya ketika menaiki sebuah Bus jurusan Bandung di kawasan Cawang, Jakarta Timur. Entah mengapa, tiba-tiba saja aku sudah bersama dengannya dalam suatu bangku dekat jendela. Padahal, banyak lagi bangku kosong yang tersedia, namun ah, Anggraini...
Dua tahun silam, kenangan ini masih terasa, ketika suatu perpisahan maha dashyat menghantam kami berdua dalam satu alunan lembut nan romantis, namun mencekam.
Ya.
14 Februari 2009.
Saat terakhir kalinya kita bertemu dalam suatu rangkaian cerita penutup bagai kasih tak sampai.
*Â Â *Â Â *
"Hai Anggie", ucapku tiba-tiba ketika mengetahui ada seorang gadis sedang berjalan di lorong Bus untuk mencari bangku yang kosong. "Ya, rul. Lo sendiri aja? Boleh gw duduk di sebelah lo?" Jawab gadis itu dengan lembut dan mesra. Langsung saja aku meminggirkan tempat duduk ini, untuk memberikan kesempatan kepadanya menduduki kursi yang kosong di pojok dekat jendela.
"Bagaimana kabar lo, udah dua tahun ini ga ada kabar beritanya. Kata anak-anak lo bertapa ya, di rimba belantara. Hi hi hi..." Cerocosnya tanpa henti, ingatanku langsung melayang pada beberapa peristiwa dua tahun lalu, saat kami masih jalan berdua.
"Ya, begitu lah..." Ucapku singkat. Ingin mengucapkan sesuatu, namun ada perasaan aneh menggelayuti seluruh tubuh ini, bahkan pikiran pun seperti melayang menyaksikan pertemuanku dengannya. Dalam hati sempat berpikir, apakah ini halusinasi, fatamorgana, atau dejavu semata?
Ah, tiba-tiba lamunanku buyar, tatkala ia merangkul tanganku dengan mesranya. Mirip adegan yang sering kami lakukan saat masih bersama dahulu.
"rul, kenapa lo diam aja? Gw tahu kok, lo masih sakit atas kejadian dulu, Tapi yang dulu udahlah... Lagian kan lo udah punya yang lebih baik daripada gw. Dan gw pun sudah "menjadi" milikNya."
"Miliknya? Lo udah kawin sekarang?" tanyaku dengan spontan.
"Ha ha ha, emang kalau gw udah ada yang punya, bukan berarti gw udah married..." Tawanya tergelak.
"Makanya, internetan itu jangan cuma nulis, nulis, dan nulis. Sekali-sekali aktif di jejaring sosial dan milis dunia maya, Facebook sekarang udah jadul. Coba kalo lo bisa twitteran, lo bakal tahu kondisi gw yang sebenarnya. Lagian sih, lo orangnya konservatif banget, hape nokia jadul masih dipegang. Ini zamannya BB, coy! Ne, pin gw 14045, kalo sewaktu-waktu lo beli bb, kita langsung komunikasi biar ga kaku seperti ini. Ha ha ha"
Senang rasanya bisa mendengar tawanya yang renyah itu, seketika ingatan langsung terbang pada awal 2009 lalu, ketika usai menikmati malam tahun baru berdua yang berkesan.
"rul..." Matanya yang sayu langsung menatap diriku, bagaikan sengatan listrik hingga aku terpaku tak berdaya. Lalu telapak tangannya yang dingin menyentuh erat kedua tanganku. Dan, sontak bibirnya yang ranum ikutan, bagaikan senyum Srikandi yang memabukkan Arjuna. Ah, dalam Bus yang tidak begitu penuh, dengan jendela dan kursi menjadi saksi bisu saat kami berdua saling berpagutan.
Hingga, terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi diantara kami...
*Â Â *Â Â *
Tiba-tiba aku terjaga ketika sang kondektur memberitahukan bahwa bus yang aku tumpangi sudah sampai di terminal Leuwi Panjang. Perjalanan yang lambat karena macet di sepanjang pintu tol, membuat aku tersenyum. Entah senyum puas, atau lelah barusan.
Saat ku melirik jam di ponsel, tiba-tiba ada pesan masuk dari seorang kawan yang memberitahu bahwa Dhita Anggraini, mantanku dahulu, tewas kecelakaan di jalan raya dekat Cawang!
Langsung ku menoleh, ke jendela, masih terdapat tas kesayangannya yang semalam disandarkan dekat jendela. Tanpa sadar aku mengusap pipi yang masih merah akibat lipstik seseorang.
Lalu...
*Â Â *Â Â * *Â Â *Â Â * *Â Â *Â Â *
Djembatan Lima, 13 Desember 2011 (02:13 wib)
- Choirul Huda (CH)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H