"Miliknya? Lo udah kawin sekarang?" tanyaku dengan spontan.
"Ha ha ha, emang kalau gw udah ada yang punya, bukan berarti gw udah married..." Tawanya tergelak.
"Makanya, internetan itu jangan cuma nulis, nulis, dan nulis. Sekali-sekali aktif di jejaring sosial dan milis dunia maya, Facebook sekarang udah jadul. Coba kalo lo bisa twitteran, lo bakal tahu kondisi gw yang sebenarnya. Lagian sih, lo orangnya konservatif banget, hape nokia jadul masih dipegang. Ini zamannya BB, coy! Ne, pin gw 14045, kalo sewaktu-waktu lo beli bb, kita langsung komunikasi biar ga kaku seperti ini. Ha ha ha"
Senang rasanya bisa mendengar tawanya yang renyah itu, seketika ingatan langsung terbang pada awal 2009 lalu, ketika usai menikmati malam tahun baru berdua yang berkesan.
"rul..." Matanya yang sayu langsung menatap diriku, bagaikan sengatan listrik hingga aku terpaku tak berdaya. Lalu telapak tangannya yang dingin menyentuh erat kedua tanganku. Dan, sontak bibirnya yang ranum ikutan, bagaikan senyum Srikandi yang memabukkan Arjuna. Ah, dalam Bus yang tidak begitu penuh, dengan jendela dan kursi menjadi saksi bisu saat kami berdua saling berpagutan.
Hingga, terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi diantara kami...
*Â Â *Â Â *
Tiba-tiba aku terjaga ketika sang kondektur memberitahukan bahwa bus yang aku tumpangi sudah sampai di terminal Leuwi Panjang. Perjalanan yang lambat karena macet di sepanjang pintu tol, membuat aku tersenyum. Entah senyum puas, atau lelah barusan.
Saat ku melirik jam di ponsel, tiba-tiba ada pesan masuk dari seorang kawan yang memberitahu bahwa Dhita Anggraini, mantanku dahulu, tewas kecelakaan di jalan raya dekat Cawang!
Langsung ku menoleh, ke jendela, masih terdapat tas kesayangannya yang semalam disandarkan dekat jendela. Tanpa sadar aku mengusap pipi yang masih merah akibat lipstik seseorang.
Lalu...