Ta' Marbuthoh & Aziz
---
Ngajar itu sebenarnya memang melelahkan. Tetapi jika mengingat hadits Nabi yang mengatakan bahwa salah satu amal perbuatan tidak akan pernah putus pahalanya adalah ilmu yang bermanfaat, seketika lelah itu menguap. Seiring menguapnya bulir-bulir keringat yang mengalir.
.
Dan jika memandang teman-teman yang mengajar di TPQ atau TK/RA, saya sedikit iri. Mengapa? Karena masa kanak-kanak lah yang ketika diajarkan sesuatu, langsung menempel di otaknya hingga kapanpun. Meski sudah tua sekalipun, saat menyanyikan balonku ada lima masih tetap hafal di luar kepala.
.
Artinya, ketika kita mengajarkan suatu kebaikan pada anak-anak balita pasti pahala akan selalu mengalir pada kita selama anak-anak tersebut melaksanakannya. Hanya saja mungkin saat ngajar memang butuh kesabaran ekstra.
Yang namanya anak kecil pasti nanti permintaannya aneh-aneh kan? (Satunya pengen pipis, satu lagi lapar, satu lagi pengen pup, yang lain lagi nangis, dll...)
.
Saat ngajar tingkat SMP stok sabarnya juga perlu ditambah. Karena anak-anak SMP yang kadang justru susah untuk dinasehati. Seperti lewat masuk telinga kanan keluar telinga kiri tidak ada yang nyantol di kepala.Â
(Ada yang ngantuk, baru saja disuruh bangun sudah ngantuk lagi. Ada yang ngobrol begitu diperingatkan sebentar juga ngobrol lagi. Bahkan ada yang terlambat masuk kelas langsung mapan kepalanya di meja dengan mata terpejam.)
.
Nah, saat ngajar di tingkat yang lebih tinggi malah justru agak ringan. Karna yang diajar sudah bukan dikategorikan anak-anak lagi, tetapi sudah memasuki usia remaja. Yaitu saat mereka sudah bisa membedakan mana yang baik untuk diri sendiri dan mana yang buruk.
.
Termasuk juga di tingkat perkuliahan, stok sabar tidak terlalu banyak dibutuhkan. Hanya saja butuh kecerdasan yang lebih dibanding sebelumnya. Atau bisa juga dikatakan butuh kecerdikan.Â
Karena pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan terkadang bukan karena memang ingin tahu lebih lanjut, tetapi sekedar ngetes atau diplesetkan ke yang lain.
.
Pernah pas ngajar waktu itu tentang imla'/dikte dalam tulisan arab. Dijelaskan disitu tentang huruf-huruf yang bisa digandeng dengan huruf setelahnya atau tidak bisa.Â
Ada satu huruf yang tidak bisa digandeng dengan setelahnya dan letaknya harus di akhir kata, yaitu ta' marbuthoh. (Ta' yang bentuknya bulat)
.
Tiba-tiba salah satu dari mereka ada yang tanya, "Bu, kenapa ta' marbuthoh tidak mau diletakkan di awal Bu?"
Saya jawab serius waktu itu, "Karena ta' marbuthoh memang sebagai tanda muannats (tanda perempuan) dalam bahasa arab, jadi tidak bisa terletak di awal, harus ... ."
Tapi belum selesai saya melanjutkan, sudah dipotong, "Bukan bu, bukan tidak bisa tapi tidak mau, karena yang pertama belum tentu jadi yang terakhir."
.
Saya cuma senyum saja, tapi seisi kelas sudah ribut tertawa. Entah mentertawakan dia entah karena baper. (Eeaaa... )
.
Kemudian pelajaran masih berlanjut ke contoh-contohnya. Salah satu huruf yang tidak bisa digandeng tetapi bisa terletak di awal, tengah dan akhir yaitu huruf za' (ز). Dan contoh saat itu adalah عزيز (aziz).
.
Anak yang bertanya tentang ta' marbuthoh tadi menanyakan lagi, "Bu, ini kenapa aziz bukan azizah Bu?"
"Iya, karena takut nanti kamu jatuh cinta!"
.
Yes!
Kelas ribut kembali...
.
By:
Roel Faizah
Roel Faiz
13092018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI